- Advertisement -
PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Jumlah Kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat kejadian Karhutla di Kalteng sebanyak 333 kejadian dengan hotspot 720 titik pada Juli 2023. Bahkan pada 1 sampai 2 Agustus 2023 tercatat sebanyak 167 kejadian karhutla.
Sehingga total kejadian karhutla di Kalteng pada 1 Januari hingga 2 Agustus 2023 sebanyak 712 kejadian dengan hotspot sebanyak 2302 titik.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBPK Kalteng Ahmad Toyib mengaku, mengalami kendala masalah personel dalam penanganan karhutla di Kalteng. Dia menyebut kendala yang dirasakan terjadi ketika kejadian karhutla berlangsung secara bersamaan di beberapa tempat di daerah. Alhasil, personel yang menangani kebakaran sedikit kewalahan.
BACA JUGA: Niat Mencalon jadi Gubernur, Ketua Joman Diciduk Polda Kalteng
“Kendala yang dirasakan karena kejadian itu berlangsung di sebagian daerah ada yang secara bersamaan di belasan titik sekaligus. Sehingga memang tidak mungkin kita bisa antisipasi semua. Bahkan sudah dibantu dengan waterbombing, tapi masih ada beberapa titik yang beberapa hari itu tidak bisa kita padamkan secara tuntas. Karena keterbatasan jam terbang dari helikopter kita,” ujarnya.
Dia menyebutkan kekurangan personel terjadi karena jumlah regu relawan maupun Masyarakat Peduli Api (MPA) tidak sebanding dengan sebaran jumlah titik api yang terjadi.
“Kalau sudah seperti itu, kita sudah mengajukan pertimbangan kepada pimpinan untuk mengusulkan penambahan unit helikopter lagi kepada BNPB untuk bisa mengimbangi perkembangan jumlah titik api,” bebernya.
Ahmad Toyib menyebut seandainya usulan disetujui oleh gubernur, maka akan mengusulkan penambahan 4 helikopter. Satu helikopter patrol dan 3 helikopter waterbombing. Rencananya akan ditempatkan di Sampit dan Pangkalan Bun agar penanganan lebih cepat dan pencegahan dini pun juga cepat.
“Karena kalau kita standbynya di palangkaraya semua. Kalau seandainya terjadi kebakaran di daerah Kotawaringin Timur (Kotim) dan sekitarnya. Pangkalan Bun dan sekitarnya itu agak susah. Karena untuk menuju lokasi saja sudah memerlukan waktu. Sehingga keterbatasan jam terbang perhari akhirnya tidak maksimal dalam hal pemadaman api,” imbuhnya.
“Kita memberikan pertimbangan (usulan penambahan Helikopter) ke Sekda dan Sekda memberikan pertimbangan kepada gubernur, pak gubernur kalau menyetujui nanti akan membuat surat permohonan kepada BNPB,” tandasnya. (pri/hfz)
- Advertisement -