Sejak kompetisi Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi Divisi Utama Liga Indonesia pada 1994, kompetisi sepak bola nasional kasta tertinggi itu sudah dua kali berjalan tanpa degradasi. Yakni, musim 1997–1998 dan 2006.Pada musim 1997–1998, kompetisi terpaksa dihentikan karena terjadi krisis ekonomi.
Yang kedua, pada 2006 saat Jogjakarta dilanda gempa bumi hebat. Bencana itu membuat PSIM Jogjakarta dan PSS Sleman mengundurkan diri dari kompetisi. Akhirnya, Badan Liga Indonesia (operator kompetisi saat itu) memutuskan untuk melanjutkan kompetisi tanpa degradasi.
Nah, musim 2022–2023 akan menjadi kali ketiga kompetisi berjalan tanpa degradasi. Exco PSSI memastikan Liga 1 akan berlanjut tanpa ada klub yang turun kasta di akhir kompetisi. Keputusan itu diambil Exco PSSI setelah menggelar rapat di kantor PSSI, GBK Arena, Jakarta, tadi malam (12/1).
Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi menjelaskan, keputusan itu diambil sebagai dampak dari Liga 2 yang terpaksa tidak bisa dilanjutkan. Ada tiga alasan di balik keputusan Exco PSSI tidak melanjutkan Liga 2.
Pertama, permintaan mayoritas klub peserta Liga 2. Bahwa tidak ada kesesuaian konsep pelaksanaan kompetisi antara klub dan operator. ”Lalu, pelaksanaan Liga 2 sangat sulit diselesaikan sebelum Piala Dunia U-20 2023 dimulai. Ajang itu dimulai pada 20 Mei mendatang,” ujar pria asal Gorontalo itu saat ditemui Jawa Pos di GBK Arena tadi malam.
Alasan kedua, banyak stadion yang tidak memenuhi persyaratan. Apabila dilanjutkan, Liga 2 dilaksanakan dengan format home-away. Persoalannya, setelah tragedi Kanjuruhan, seluruh stadion, termasuk yang dipakai klub-klub Liga 2, tidak bisa serta-merta digunakan untuk menggelar pertandingan profesional. Harus ada risk assessment terlebih dahulu dengan melibatkan tim dari Mabes Polri, Kementerian PUPR, dan Kemenkes.
”Rekomendasi dari Tim Transformasi Sepak Bola Indonesia seusai tragedi Kanjuruhan terkait sarana dan prasarana (banyak, Red) yang belum memenuhi persyaratan,” papar mantan ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Kalimantan Timur tersebut.
Yunus menambahkan, pertimbangan ketiga di balik keputusan tidak melanjutkan Liga 2 berkaitan dengan Perpol Nomor 10 Tahun 2022. Berdasar regulasi tersebut, proses perizinan untuk menggelar pertandingan harus dilakukan minimal H-14 sebelum pertandingan. ”Perpol tersebut harus memperhatikan periode waktu pemberitahuan, pengajuan rekomendasi dan izin, hingga bantuan pengamanan,” jelasnya.
Keputusan PSSI yang tidak melanjutkan Liga 2 juga berdampak terhadap Liga 3. Kompetisi kasta paling bawah itu juga dihentikan. Lagi pula, di beberapa daerah, Liga 3 tingkat regional tidak digelar. ”Tapi, bagi asprov PSSI yang telah memutar Liga 3, kuota untuk putaran nasional tetap dapat digunakan pada kompetisi selanjutnya,” kata Yunus.
Dia berharap penghentian Liga 2 hanya terjadi tahun ini. Agar hal itu tidak terulang, Exco PSSI meminta ada operator khusus yang memutar kompetisi Liga 2. ”Dalam rapat Exco PSSI tadi (kemarin, Red) juga memutuskan dan memerintah PT Liga Indonesia Baru untuk memfasilitasi pembentukan operator baru untuk pelaksanaan Liga 2,” terang Yunus.
Meski mengklaim bahwa mayoritas klub Liga 2 menginginkan kompetisi tidak dilanjutkan, Yunus tidak memerincinya. Sebagaimana diketahui, kompetisi Liga 2 musim 2022–2023 diikuti 28 klub.
Berdasar informasi yang dihimpun, ada 14 klub yang menginginkan Liga 2 tetap bergulir. Mereka adalah Persiba Balikpapan, Persipura Jayapura, Karo United, Sulut United, PSIM Jogjakarta, FC Bekasi City, Persela Lamongan, dan Gresik United. Lalu, PSMS Medan, Semen Padang, Persipa Pati, Persewar Waropen, PSBS Biak, dan Persijap Jepara.
Ricky Nelson, pelatih Persipura, sangat menyayangkan keputusan PSSI yang tidak melanjutkan Liga 2. Dia pun menyebut itu berdampak pada timnas yang sulit berprestasi. ”Wajar kalau tim nasional kita nggak lolos final AFF Cup. Wajar jika sulit juara AFF Cup. Sebab, sepak bola tidak pernah diselesaikan dengan cara sepak bola. Sepak bola selalu diselesaikan dengan cara-cara di luar sepak bola,” ujar Ricky kepada Jawa Pos tadi malam.
Mantan pelatih Villa 2000 itu sangat kecewa. Sebab, banyak klub Liga 2 yang masih menginginkan kompetisi tetap berjalan sampai tuntas. Banyak pemain dan pelatih yang menggantungkan hidup di sepak bola. Jika tidak ada kompetisi, mata pencaharian mereka terhenti.
”Bagaimana dengan pengeluaran klub yang selama ini sudah dilakukan? Bagaimana juga dengan para pemain harus menunggu berbulan-bulan ke depan untuk menanti musim baru?” keluhnya. ”Seharusnya, ada keputusan yang lebih baik daripada membatalkan kelanjutan Liga 2,” lanjut pendiri klub Serpong City tersebut.
Manajer Persipa Pati Dian Dwi Budianto juga kecewa atas keputusan PSSI menghentikan Liga 2. Sebab, Persipa sudah melakukan segalanya supaya bisa menggelar pertandingan home di Stadion Joyokusumo, Pati, Jawa Tengah. ”Biaya untuk risk assessment stadion pun kami yang mengeluarkan. Tapi, itu semua rasanya percuma. Proses risk assessment pun tidak ada gunanya,” ungkap Dian.
Menurut dia, manajemen Persipa sudah mengeluarkan banyak uang untuk tetap bisa bertahan melanjutkan kompetisi. Gaji para pemain juga tetap dibayarkan. Meski, manajemen harus berutang sana-sini. ”Kalau boleh jujur, kami terakhir mendapatkan subsidi dari operator itu September. Nilainya Rp 100 juta. Sedangkan pengeluaran kami per bulan Rp 600 juta. Jadi, sisanya berutang sana-sini. Kami sudah berutang miliaran rupiah untuk tetap mengikuti Liga 2,” tegas Dian.
Gresik United yang ingin Liga 2 berlanjut juga menyatakan kekecewaannya atas keputusan Exco PSSI tadi malam. Bahkan, menurut sumber, Laskar Joko Samudro sudah menandatangani persetujuan soal Liga 2 yang dilanjutkan dengan sistem bubble. Asalkan klasemen Liga 2 tidak berubah.
’’Kami ingin dilanjutkan. Kalau seperti ini, saya tidak bisa berkata apa-apa lagi,’’ kata Direktur Operasional Gresik United Toriqi Fajerin. Saat ini pihaknya menunggu surat resmi dari PSSI maupun PT LIB soal status Liga 2. ’’Kami ingin melihat apa alasan dihentikannya, force majeure atau apa,’’ ucapnya.
Surat resmi terkait berhentinya Liga 2 juga sangat penting bagi manajemen. Itu akan menjadi bahan pembicaraan kepada pemain terkait kontrak musim ini. ’’Juga pertanggungjawaban kepada sponsor kami. Kami masih menunggu surat itu,’’ tuturnya.
Kekecewaan serupa dirasakan Semen Padang. CEO PT Kabau Sirah Win Bernadino menegaskan, timnya sangat ingin Liga 2 dilanjutkan. ’’Karena insya Allah kami yakin bisa bersaing dalam perebutan tiket promosi ke Liga 1,’’ paparnya.
Win menuturkan, sebenarnya sampai tadi malam keinginan dari seluruh pemilik klub Liga 2 soal lanjutan kompetisi tidak kompak. Sebagian besar menolak dan ingin Liga 2 dihentikan, sebagian kecil ingin dilanjutkan dengan beberapa opsi model kompetisi. ’’Tapi, memang pertemuan itu tidak ada kesepakatan. Hanya sebagai bahan dan data bagi manajemen LIB untuk dibawa ke rapat Exco PSSI,’’ terangnya.
Sejalan dengan Gresik United, Semen Padang belum bisa memberi keputusan apa pun. Mereka masih menunggu surat resmi dari PSSI ataupun LIB terkait hasil rapat exco. ’’Mudah-mudahan secepatnya agar kami bisa lakukan tindak lanjutnya,’’ jelasnya.
Sementara itu, terkait operator khusus Liga 2, Manajer Persipa Pati Dian Dwi Budianto berharap rencana itu bukan sekadar isapan jempol belaka. Menurut dia, Liga 2 memang sudah seharusnya memiliki operator sendiri. ’’Beberapa negara lain juga melakukan hal serupa. Operator kompetisi kasta tertinggi berbeda dengan operator kompetisi kasta kedua,’’ ujarnya.
Jika Liga 2 dikelola operator sendiri, kata dia, apa yang terjadi di Liga 1 tidak akan berdampak terhadap para peserta Liga 2. Saat ini Liga 2 terhenti karena imbas tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Liga 1. ’’Jadi, kami berharap pembentukan operator Liga 2 benar-benar terealisasi,’’ tegas Dian.