Konten dari halaman ini Terinspirasi Produk Luar, Kenalkan Kalteng Lewat Keripik Saluang - Prokalteng

Terinspirasi Produk Luar, Kenalkan Kalteng Lewat Keripik Saluang

- Advertisement -

Ada banyak cara dilakukan untuk memperkenalkan suatu daerah. Seperti yang dilakukan Yuliatma.  Yuliatma mengenalkan Kalimantan Tengah melalui produk olahan ikan saluang. Ia terinsipirasi oleh rasa penasaran terhadap produk di luar daerah yang menjadi buah tangan untuk dibawa. Kini keripik saluang menjadi buah tangan yang dibawa warga yang pulang ke daerah usai berkunjung ke Kota Palangka Raya.

Muhammad Hafidz, Palangka Raya

Yuliatma (55) mengenalkan Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui produk buah tangan kuliner keripik ikan saluang.  Pemilik dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Tampung Parei ini mengenalkan ke warga yang datang ke Bumi Tambun Bungai dengan oleh-oleh kuliner khas daerah.

Toko sekaligus rumah produksi pengolahan ikan berstandar nasional seluas 7 x 9 meter ini berada di Jalan Tingang, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya. Berbagai produk hasil olahan ikan pun berjejer rapi di etalase. Dari keripik saluang, bilis, lais, hingga amplang olahan ikan terpampang yang menjadi buah tangan khas Kalteng. Harganya bervariasi dari Rp15.000 – Rp80.000 tergantung varian dan kemasan.

Yuliatma sendiri terinspirasi karena rasa penasarannya kepada orang di daerah Jawa memiliki produk yang bisa menjadi oleh-oleh khas daerah. Seperti bakpia yang menjadi buah tangan khas Yogyakarta. Sehingga terlintas di pikirannya untuk mengolah oleh-oleh khas Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Saya suka kuliner, suka masak dan catering sama teman-teman dan pengelola kantin di UPR selama 8 tahun. Sambil jalan, sering ngobrol sama pemerhati budaya juga, saya aktif di PKK. Ketika melihat di jawa yang mampir di SPBU outletnya di rest area saya juga ada di pameran pulang lomba masak dari Purwokerto, di Yogya saya mampir melihat pengolahan bakpia, jadi kepikiran,” ujarnya saat ditemui di Tokonya, Minggu (5/3).

Kala 2014 lalu ia merintis usaha keripik saluang, hanya bermodalkan Rp200.000 dengan menyediakan tiga kilogram ikan saluang. Saluang sendiri saat itu jarang dikenalkan di Ibu Kota Provinsi Kalteng.

“Setelah tercetus menjadi oleh-oleh ikon Kalteng pada 2016, produk oleh-oleh tampung parei menjadi pemenang waktu itu ada lomba tingkat provinsi. Packaging pun teman yang ngasih sebanyak 10 buah saat itu berjalan. Dulu waktu itu usaha sampingan. Dan yang paling berkesan ketika hari pangan sedunia di Palembang di sana banyak ketemu orang-orang, gara-gara saluang saya bisa naik pesawat,” terangnya.

Pada 2016, teman-temannya juga gencar mengolah ikan saluang di Kabupaten lain. Saat itu pendapatannya agak mengalami penurunan karena banyak yang membuat produk olahan ikan saluang. Namun demikian, Yuliatma tak mempermasalahkan itu. Pasalnya tujuan usahanya untuk mengenalkan Kalteng lewat kulinernya.

“Akhirnya tercetus bilis krispi, lais krispi, dan hampir 10 produk. Sampai kemarin, musim minyak goreng mahal saya bikin amplang. Ada amplang pipih tenggiri sama ikan gabus Idenya muncul dari kepepet,” jelasnya.

Ia tak memungkiri saat pandemi Covid-19, usaha yang dirintisnya hampir tak mendapatkan omset. Pendapatannya turun drastis. Namun demikian, ia tetap bertahan dan gigih menghadapi kondisi saat itu aktivitas masyarakat dibatasi.

“Saya tetap bertahan. Tetap ada yang pesan -kadang kadang ada dari jawa, ada yang dari kementerian pariwisata. Desember 2022 omsetnya sudah mulai normal kembali, outlet yang kemarin belum sampai 10, sehingga kini 20 outlet di Palangka Raya,” ungkapnya.

Dulunya, usaha yang digelutinya beranggotakan 10 dari ibu-ibu. Namun kini anggota yang aktif hanya empat orang. Kekurangan tersebut terjadi karena pandemi Covid-19. Hingga anggotanya membuka usaha masing-masing. Tapi ia tetap memandu mereka untuk berusaha.

“Visinya kita ingin berbagi dan berbagi pengalaman, dan banyak orang magang disini, dan memberi pelatihan ke orang bahwa wirausaha atau wiraswasta itu nyaman sekali,” bebernya.

Yuliatma mengungkapkan UMKM Tampung Parei yang digeluti selama 9 tahun ini menghasilkan omset Rp30 juta per bulannya. Outletnya kini sebanyak 20 yang tersebar di Kota Palangka Raya. Pangsa pasarnya pun sudah menjangkau luar Kalimantan Tengah (Kalteng).(*)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments