Konten dari halaman ini Solusi Asyik Kurangi Sampah Plastik, Sayang Masih Minim Peminat - Prokalteng

Solusi Asyik Kurangi Sampah Plastik, Sayang Masih Minim Peminat

- Advertisement -

Borneo Eco Straw, tempat usaha yang digeluti Novanita Puspa Kencana bersama Pengurus Daerah IKA SKMA Kalteng betul-betul memberdayakan masyarakat Dayak. Ya khususnya yang tergabung dalam kelompok tani purun. Ini sebagai wujud bentuk memanfaatkan potensi kekayaan di Kalteng sekaligus membantu mengurangi sampah plastik.

Muhammad Hafidz, Palangka Raya

Novanita Puspa Kencana, memberdayakan masyarakat Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui usaha yang dikelolanya, yakni Borneo Eco Straws CV Agro Borneo bersama Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Alumni Sekolah Kehutanan Menengah Atas (IKA SKMA) Kalteng.

Borneo Eco Straws merupakan salah satu Industri Kecil Menengah (IKM) yang beralamat di Jalan Kecipir Nomor 258, Kelurahan Panarung, Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya. Di tempat itu memproduksi ribuan sedotan yang terbuat dari purun. Dua rumah sekaligus disulap menjadi rumah produksi yang memproses olahan purun menjadi sedotan minuman.

Nova menceritakan awal mula terbentuknya Borneo Eco Straws dari kumpulan organisasi alumni sekolah kehutanan yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kehutanan. Namun, ia memilih resign dari PNS pada tahun 2010 dan mengambil fakultas kedokteran untuk menjadi apoteker.

“Saat itu banyak banget potensi masyarakat Dayak Kalteng, tapi tidak ada yang berkembang. Paling purun ini jadi anyaman dan itu nilainya mereka dihitung per pcs 10 rupiah. Gimana supaya berkembang?  Jadi saya keluar dari PNS dan kemudian mencoba merintis di tahun 2013,” ujarnya, Selasa (14/3)

Ia memilih mengambil apoteker karena melihat potensi Kalteng dengan tumbuhan-tumbuhan yang memerlukan sarjana farmasi atau apoteker untuk mengetahui kandungan tumbuhan. Sehingga dirinya mengetahui cara agar produk tersebut tidak berefek kepada tubuh.

 

“Inti dari bisnis kami adalah memberdayakan masyarakat. Bisnis adalah bonus. Jadi masyarakat itu kalau cuma dibikin anyaman, maka hasilnya tidak seberapa. Ketika menjadi sedotan, maka hasilnya lebih baik. Masyarakat yang diberdayakan ada ratusan orang kami bentuk kelompok-kelompok. Kami bantu alat, kasih tahu cara membersihkan dan sebagainya, kemudian rumahnya kami perbaikin. Hasil yang mereka dapatkan kami beli. Jadi keuntungannya memang untuk masyarakat. Sampai di sini bahannya, sudah berupa potongan yang basah,” terangnya.

Nova menerangkan, usaha yang mulai dikembangkan sejak tahun 2018 itu, memiliki 20 pekerja di rumah produksi dan sekitar 5 kelompok tani yang memiliki lahan purun yang bekerjasama. Kelompok tani tersebut berasal dari masyarakat Dayak sekitar hutan.

“Mereka (kelompok tani,red) kami beri bantuan pribadi, dan kami ajari sampai dipotong kita beli per potong.  Ada sekitar 5 kelompok tani yang memiliki lahan purun yang ikut bekerjasama,” ungkapnya.

Soal minat penggunaan sedotan purun, Nova mengakui perlunya dukungan dari kebijakan dari penggunaan sampah plastik, termasuk sedotan plastik. Sehinggga penggunaan sedotan purun diperlukan untuk mengurangi sampah plastik.

“Memang butuh support dari pemerintah. Kemarin sudah disampaikan juga sih ke tingkat pemerintah untuk segera membuat surat edaran,” harapnya.

Hingga saat ini, Nova mengakui penggunaan sedotan purun di Kalimantan Tengah masih minim peminat. Banyaknya restoran dan kafe, baru tiga yang mengambil sedotan purun tersebut.

Disinggung soal omset perbulan, dia menyebutkan rata-rata Rp150 juta yang disebar di luar Kalimantan. Yakni Surabaya, Jakarta,dan Bali. Sedangkan ekspor ke luar negeri, masih dalam tahap proses pengiriman  sampel ke Australia dan Amerika.

“Pemerintah kota masih belum mendukung. Jadi yang baru mendukung dari pihak pemerintah provinsi. Mereka beberapa kali ke sini, mendukung dari Disperindag provinsi, kantor gubernurnya juga. Pokoknya dari pemerintah provinsi mau membantu surat edaran dan membantu di pemasaran,”ungkapnya.

Dia mengharapkan usahanya bisa dibantu dalam segi pemasaran. Baik dari surat edaran kemudian adanya kesadaran masyarakat mengurangi sampah plastik. Sehingga dipakai di pasar lokal. Selain itu, juga pasar domestik dan internasional.

“Tolong dibantu di pemasarannya. Dengan berkembangnya nanti, kami juga butuh support di alat. Saat ini alatnya masih sederhana. Jadi kami ingin alat-alat yang lebih bagus. Agar dalam sehari bisa sampai 30.000 pcs hingga 10.000 pcs,”pintanya.

Seraya menjelaskan proses produksi sedotan purun yang memakan waktu seminggu, dia menuturkan harga sedotan purun yang diolahnya dijual Rp350 per bilah. Sedangkan per pack dengan kemasan isi 25 bilah dihargai Rp15.000. (*)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments