Konten dari halaman ini Tiga Kali Berputar di Sungai Kahayan untuk Ambil Tirta Suci - Prokalteng

Tiga Kali Berputar di Sungai Kahayan untuk Ambil Tirta Suci

- Advertisement -

Ratusan umat Hindu Kota Palangka Raya melaksanakan upacara Melasti menjelang datangnya Hari Suci Nyepi tahun Saka 1945. Suasana pun disambut riang gembira.  Sebab selama pandemi Covid-19, kurun waktu kurang lebih tiga tahun sebelumnya tidak pernah menggelar upacara tersebut.

 

Marini, Palangka Raya

CUACA Kota Palangka Raya Minggu (19/3/2023) pagi terlihat cerah. Tepat pukul 07.00 Wib, terlihat umat Hindu memadati bangunan Pura Pitamaha di Jalan Kinibalu. Dengan balutan busana nuansa putih dan kebaya, semua umat tampat semangat untuk melaksanakan upacara keagamaan.

Percikan air suci menyambut siapa saja yang memasuki pura persembahyangan itu. Bunyi lonceng dari para pemangku pun berdering, menandakan segera dilaksanakannya pengangkatan benda sakral dari pura tersebut.

Satu persatu benda sakral diangkut. Kaum wanita mengambil buah-buahan, kain-kain dan sebagainya. Lalu diangkat di atas kepala. Sementara umat laki-laki membawa  umbul-umbul.

Suasana hikmat kian terasa ketika iringan lantunan gamelan khas Bali menyertai ayat-ayat suci yang kumandangkan para pemangku  di barisan paling depan. Dengan berjalan kaki dari Pura Pitamaha menuju Tugu Soekarno, para umat Hindu membawa benda sakral ini sebagai rangkaian upacara Melasti.

"Upacara Melasti itu, rangkaian Hari Suci Nyepi. Sebelum kita merayakan hari suci itu, kita sebagai umat Hindu harus melakukan penyucian diri dengan sarana mengambil tirta yang ada di Sungai Kahayan,"ucap Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Korwil Kalteng, Pinandita I Made Suparma, Minggu (19/3/2023).

Dirinya menuturkan dalam pengamalan tirta, dilaksanakan di sumber air, karena proses Melasti merupakan proses penyajian kotor yang berasal dari jasmani. Dijelaskannya bahwa Melasti berasal dari Mala dan Asti.  Mala artinya kotoran, Asti berarti membersihkan.

Sehingga, lanjut dia umat Hindu mempercayai bahwa dengan upacara Melasti di sumber air, dapat membersihkan kotoran jasmani sebelum melaksanakan catur brata penyepian.

"Selain itu, dalam proses melasti ini yang terpenting adalah mengambil tirta suci untuk pembersihan.  Di Kota Palangka Raya, mengambil tirta berada di tengah Sungai Kahayan, dan dilakukan tiga kali putaran dengan menggunakan kelotok.  Baru bisa diambil tirtanya (air suci,red),"katanya.

Sebab, menurutnya angka 3 merupakan angka sakral. Tirta yang sudah diambil disimpan di dalam kendi. Setelah itu, dilaksanakan persembahyangan. "Dan selesailah upacara Melasti ini,"katanya.

Pinandita I Made Suparma juga mengungkapkan bahwa upacara Melasti memiliki arti atau makna. Yaitu Nunas (meminta), Tirta Amerta penyucian Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit dalam menyambut tahun baru saka. Tepatnya pada tanggal 1 Sasih yaitu Hari Raya Nyepi yang tahun ini akan jatuh pada, Rabu (22/3/2023) mendatang.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Rektor Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya, Dr. Mujiyono, S.Ag.M.Ag menyambut upacara Melasti ini dengan penuh gembira.

"Setelah kebijakan PPKM pada Covid-19 dicabut pemerintah, upacara Melasti kembali dapat diikuti oleh seluruh masyarakat penganut agama Hindu. Hal tersebut membuat saya pribadi ingin menangis dan terharu,"katanya.(*)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments