Dua Emas dari Cabang Lari Maraton

- Advertisement -

Agus Prayogo meraih medali emas pertama dari cabang atletik SEA Games 2023 Kamboja. Dia menjadi yang tercepat di nomor maraton yang berlangsung di kawasan Situs Warisan Dunia, Angkor Wat, Siem Reap, Sabtu (6/5).

Medali emas tersebut merupakan yang ketujuh bagi Agus di ajang multievent SEA Games. Atlet asal Jawa Barat ini sudah terjun di ajang SEA Games sejak edisi 2009 di Laos. Saat itu, dia merebut emas dari nomor lari 10.000 meter. Dia kembali menjadi yang terbaik di nomor 10.000 meter dan 5.000 pada SEA Games 2011 di Palembang (Indonesia).

Setelah hanya meraih perunggu dan perak pada SEA Games 2013 Naypyidaw (Myanmar) dan SEA Games 2015 Singapura, atlet kelahiran Bogor, 23 Agustus 1985 itu kembali berjaya di nomor 10.000 meter di SEA Games 2017 Kuala Lumpur. Ketika itu, Agus juga turun di nomor maraton dan meraih perak.

Pada SEA Games 2019 Manila, Agus menjadi yang terbaik di nomor maraton, tapi gagal di pertahankan dalam SEA Games 2021 Hanoi.

Baca Juga : Jumlah Angkatan Kerja di Kalteng Capai 1,44 Juta

“Saya bersyukur kembali meraih emas setelah di Hanoi hanya perak. Ini untuk seluruh masyarakat Indonesia,” kata Agus setelah memastikan kemenangan.

Menurut Agus, dia dari awal berusaha menjaga jarak dan di kilometer 17 mulai mencoba melepaskan diri.

“Di kilometer 17 saya mencoba lepas dan terus bertahan karena berdasarkan pengalaman di Hanoi saya kalah setelah disalip pelari Vietnam di lima kilometer terakhir,” kata atlet yang telah menginjak usia 38 tahun itu.

Mengenai karier selanjutnya, Agus menegaskan bahwa dia masih bisa bertahan untuk satu atau dua kali SEA Games lagi.

“Insya Allah saya masih bisa 2 atau 3 tahun lagi di maraton. Kalau masih dipercaya manajer dan pelatih saya selalu siap kalau demi negara,” pungkas Agus Prayogo.

Sementara pelari Indonesia Odekta Elvina Naibaho mengikuti jejak Agus Prayogo untuk menjadi yang tercepat, sehingga keduanya mengawinkan medali emas Indonesia di nomor maraton dalam SEA Games 2023 Kamboja yang berlangsung di area situs warisan budaya Angkor Wat, Siem Reap, Sabtu (6/5).

Melalui perjuangan berat melawan udara 37 derajat selsius, Odekta menjadi yang tercepat di antara peserta lain nomor maraton putri walaupun dia harus terkapar begitu melewati garis finis. Pelari berdarah batak itu bahkan harus diberi oksigen dan dilarikan ke rumah sakit memakai ambulan.

“Odekta kepanasan. Tadi memang panas sekali, tapi saya terus memberi semangat agar dia bertahan dan alhamdulillah hari ini kita kawinkan emas di maraton ” kata pelatih maraton Indonesia, Wita Witarsa.

Cuaca panas menjadi salah satu yang diantisipasi oleh kontingen Indonesia sehingga mereka memutuskan tiba di Siem Reap lebih awal untuk aklimatisasi.

“Jauh jauh hari saya sudah mengantisipasi cuaca panas ini. Makanya, kami tidak mencari rekor. Yang penting emas,” kata Wita.

Menurut Wita, tekad Odekta untuk meraih emas sangat terlihat. Sejak awal lomba, Odekta mendapat perlawanan sengit dari Christina Organiza Callasco asal Filipina.

Christina berusaha memimpin sejak start, tetapi Odekta dengan gigih terus menguntit. Memasuki kilometer 25 sang pelari Indonesia melepaskan diri sendirian di depan tanpa mampu dikejar pelari Filipina.

Setelah itu, Odekta tak tertahan hingga garis finis untuk memastikan keping kedua emas maraton untuk Indonesia.

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments