PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO-Mahalnya harga pakan ayam ras berdampak bagi para peternak. Kondisi ini menyebabkan peternak skala kecil gulung tikar, lantaran tak mampu lagi menutupi biaya operasional. Berbagai skema muncul untuk menekan biaya operasional, sehingga harga ayam tidak melonjak di pasaran.
Sejumlah pihak dari pelaku usaha sampai pengamat memberikan saran kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan untuk dapat menekan harga ayam ras di pasar saat ini. Menurut mereka ada dua skema yang bisa dijadikan solusi jangka pendek guna menekan harga ayam. Yakni kebijakan subsidi transportasi dan subsidi pakan ternak.
Menurut Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Provinsi Kalteng Andi Bustan, penyebab tingginya harga ayam ras di pasar karena mahalnya harga pakan. Tingginya harga pakan, menurut Andi, menyebabkan peternak-peternak skala kecil terpaksa gulung tikar.
“Sejauh ini hampir semua peternak mandiri gulung tikar karena harga pakan mahal, kecuali di tingkat perusahaan yang notabene peternakan skala besar,” beber Andi kepada wartawan, Sabtu (3/6).
Diketahui peternak menaikkan harga ayam di kandang yang kemudian berimbas pada harga jual ayam yang tinggi di pasar-pasar tradisional.
“Teman-teman peternak mengalami kerugian karena menjual ayam dengan harga di bawah biaya operasi pabrik (BOP) sejak awal Ramadan hingga selesai lebaran, sampai harganya naik seperti sekarang. Jadi saat ini harga ayam mengalami kenaikan karena untuk menutupi kerugian para peternak, dampaknya seperti yang kita lihat sekarang, yakni naiknya harga ayam ras di pasar-pasar,” jelas Andi.
Dorong Pemerintah Berikan Subsidi kepada Peternak
Solusi atas masalah ini, lanjut Andi, bisa dengan menyubsidi biaya transportasi ayam ras dan subsidi harga pakan ternak. Ia berharap agar pemerintah dapat mengendus permasalahan yang dialami oleh pihak produsen. Menurut Andi, bukan hanya ketika harga ayam tinggi yang menjadi persoalan, tapi juga ketika harga ayam sangat murah.
“Ketika harga ayam terlampau mahal, tentu akan berdampak pada daya beli konsumen. Tetapi ketika harga ayam terlampau murah, bisa ada masalah di baliknya. Contohnya peternak yang mengalami kerugian karena menjual terlalu murah. Saya rasa ini juga harus jadi perhatian pemerintah. Kebijakan yang diambil tak boleh hanya memikirkan konsumen, tetapi juga produsen,” tuturnya.
Solusi yang bisa dicanangkan pemerintah menurut Andi, yakni dengan memberikan subsidi atas biaya transportasi untuk distribusi ayam ras yang kebanyakan didatangkan dari luar daerah seperti Banjarmasin.
“Bapak Menteri Perdagangan sudah bilang agar biaya transportasi dibantu. Kami sudah diskusikan dengan Dinas Ketahanan Pangan Kalteng perihal bantuan biaya transportasi dari kandang ke pemotong. Tapi sampai saat ini belum ada realisasi. Mungkin karena kebijakannya tidak semudah itu, ini menjadi kendala kami,” jelas Andi.
Selain itu, lanjut Andi, subsidi pakan juga penting, agar harga jual tidak terlampau tinggi. Bukan dalam bantuan subsidi langsung berupa uang tunai. Menurut Andi, pemerintah perlu memikirkan untuk mempermudah pihak pabrik dalam mendapatkan bahan dasar pakan.
“Bahan dasar pakan itu kan jagung, harga jagung sekarang tembus enam ribu rupiah lebih. Lahan kita kan luas, kenapa tidak dimanfaatkan untuk menanam jagung. Ini bermanfaat sebagai upaya untuk tidak hanya membantu masyarakat. Tapi juga mempermudah pihak pabrik mendapatkan bahan baku pakan dengan harga terjangkau,” tandasnya. (dan/sja/ce/ala/kpg/hnd)