PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Toko Wadai Acil Ipah di Pasar Kahayan Kota Palangkaraya ini terus berinovasi di era transformasi digital saat ini. Dahulu penjualannya dilakukan berkeliling ke pasar-pasar dengan menggunakan loyang di kepala. Namun kini, ia berjualan di lapak dan memiliki kurir untuk mengantar kue pesanannya.
Wadai merupakan bahasa Banjar yang memiliki arti kue. Berbagai macam kue yang dijajakan. Dari kue lapis, hamparan tatak, lapis india dan kue jenis lainnya. Sedangkan Acil merupakan kata dari bahasa Banjar yang berarti bibi.
Ipah menceritakan, bahwa usaha yang dijalannya sudah berjalan sekitar 10 tahun. Dulunya, ia menjualkan dagangannya dengan berkeliling di pasar-pasar menggunakan loyang di kepala.
“Dulu penjualannya agak rame walaupun dua ceper (loyang,red) tiga ceper rame,” ujarnya saat ditemui di Lapak Pasar Kahayan, Kamis (22/6).
Dua tahun berselang, ia tak lagi menjual secara berkeliling. Ipah mulai berjualan ke lapak di Pasar Kahayan. Delapan tahun berjalan, usahanya terus berjalan mulus.
“Awal di lapak sekitar 8 ceper sampai 12 ceper terjual. Kisarannya dulunya sekitar 700 ribu sehari pendapatan kotor. Sekarang susah, kue yang terjual cuma 4 sampai 5 ceper,” terangnya.
Lapak Wadai Ipah sendiri sudah menjadi binaan BRI sejak tahun 2022 lalu. Dia menerima kode batang QRIS dari BRI sebagai alat transaksi pembayaran dan dibina untuk memasukkan produk dagang ke media sosial.
Ia pun juga pernah menjualkan dagangannya ke media sosial di facebook. Bahkan diakuinya sering memposting dagangannya untuk memasarkan produknya.
“Pada saat Ramadan dan Idul Fitri ramai. Bisa 50 loyang sehari,” jelasnya.
Di era teknologi saat ini, ia memiliki ketertarikan untuk belajar memasarkan produk secara digital. Namun saat ini, hanya sampai whatsapp dan facebook.Bahkan jika ada para pembeli yang ingin kuenya diantar. Ia juga mempunyai kurir yang akan mengantar kue tersebut.
“Biasanya kurir luaran aja. Minta kawan untuk mengantar tapi diberikan upah,” tandasnya. (hfz/hnd)