Konten dari halaman ini Penting, Membangun Pondasi Literasi Digital Sejak Dini

Penting, Membangun Pondasi Literasi Digital Sejak Dini

- Advertisement -

PROKALTENG.CO –  Literasi digital terus berkembang disegala lini kehidupan, termasuk ke dunia anak. Seperti diketahui, literasi digital adalah sebuah kemampuan memahami dan juga menggunakan informasi. Dari banyak sumber yang bisa diakses lewat komputer dan perangkat canggih lainnya.

Bagi Shafira Adlina, narablog yang concern pada dunia parenting berpendapat, sesungguhnya literasi digital. Tidak hanya punya kaitan erat dengan teknologi saja tapi juga kemauan untuk belajar, mampu berpikir kritis hingga kreatif dan juga inovatif di dunia digital. Karena semuanya serba digital, tentu saja sangat penting juga mendukung teknologi dengan jaringan internet cepat Indihome dari Telkom Indonesia.

Baca Juga: Ganjar Presiden, Program Jokowi Pasti Berlanjut

“Sebagai orang tua sudah sewajarnya berupaya supaya bisa meningkatkan kemampuan literasi digital pada anak. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan,” jelas Ibu dua anak tersebut. Dan berikut tips dari Shafira membangun pondasi literasi digital pada anak di zaman era teknologi.

Ajarkan Anak untuk Menahan Pandangan

Hal pertama yang patut dipegang bersama, bahwa mempersiapkan anak masuk ke dunia digital bukan berarti harus memberikannya gadget sejak bayi. Namun, mengajarkan anak jika penggunaan gadget ada waktunya dan memiliki batasan untuk itu.

Akses internet pun perlu dibatasi untuk mencegah anak melihat situs yang tidak diinginkan. Prinsip yang harus ditekankan kepada anak-anak adalah mengajarkan mereka menahan pandangan, menjaga kemaluan. Sebab, jika otak anak rusak, kemaluannya tidak bisa dikendalikan. Jika orang tua tidak membicarakan hal tersebut, anak tidak tahu bagaimana akan bersikap.

Membangun Komunikasi dengan Anak

Kedepankan komunikasi sebagai pengganti gadget. Sebagai contoh, ajak anak bicara tiap kali pulang sekolah atau berkegiatan. Hal-hal kecil di sekolah seperti tugas menumpuk, teman jahil atau guru menyebalkan sudah menjadi hal berat untuknya.

Dengan begitu, anak akan merasa didengarkan perasaannya. Bisa juga dengan bertanya tentang perasaan sang anak. Misalnya tanya perasaannya di hari itu, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya sedih. Dengan begitu, secara otomatis anak akan dengan mudah bercerita pada orang tua tiap kali ia merasakan sesuatu. (pri/jawapos.com)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments