ASHWAGANDHA dikenal juga sebagai ginseng India. Layaknya ginseng di Korea, ashwaganda sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu karena kaya manfaat untuk kesehatan. Ashwagandha adalah ramuan yang digunakan dalam pengobatan tradisional India. Biasanya ashwagandha digunakan untuk membantu tubuh mengelola stres.
Dikutip dari Insider, ramuan ini juga bisa meningkatkan fungsi kognitif dan memori, meningkatkan kekuatan otot.
Ashwagandha terbuat dari semak pohon cemara yang banyak tumbuh di India, Timur Tengah, dan sebagian negara Afrika. Selama ratusan tahun orang telah menggunakan akar dan buah merah jingga ashwagandha untuk pengobatan.
Bagi sebagian orang, mungkin sedikit asing dengan tanaman Ashwagandha. Padahal di India, tepatnya Ayurveda, tanaman ini dijadikan sebagai pengobatan tradisional sejak zaman dahulu.
Ashwagandha atau Withania Somnifera sendiri merupakan semak kecil dengan bunga kuning. Tanaman ini sangat mudah ditemukan di wilayah India, Timur Tengah, dan sebagian Afrika.
Biasanya orang-orang sana memanfaatkan bagian akar dan buahnya yang berwarna oranye-merah untuk dijadikan sebagai obat herbal untuk mengatasi badan lemas, meningkatkan energi, dan mengurangi stres dan kecemasan yang berlebih.
Namun, kemampuan Ashwagandha ini tidak hanya itu loh. Berikut ini beberapa manfaat Ashwaganda yang dapat kamu ketahui.
Menurunkan Gula Darah
Manfaat tanaman Ashwagandha adalah menurunkan gula darah.
Hal ini terbukti dengan adanya sebuah penelitian pada manusia menunjukkan bahwa gingseng India ini dapat menurunkan kadar gula darah pada orang sehat dan penderita diabetes.
Ada juga penelitian dari sebuah tabung reaksi menemukan bahwa tanaman herbal ini dapat meningkatkan sekresi insulin dan meningkatkan insulin dalam sel otot.
Menurunkan Kolesterol
Manfaat tanaman Ashwagandha yang pertama adalah dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida.
Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian 60 hari pada orang dewasa yang stres kronis. Kelompok yang mengambil dosis tertinggi ekstrak Ashwagandha standar mengalami penurunan 17% dalam LDL (kolesterol jahat) dan penurunan 11% dalam trigliserida, rata-rata.
Meredakan Radang Sendi
Selain dapat menurunkan kolesterol dan gula darah, Ashwagandha juga dapat bertindak sebagai pereda anti-inflamasi yang mampu meredakan nyeri sendi, serta mencegah sinyal nyeri berjalan di sepanjang sistem saraf pusat.
Sudah beberapa penelitian telah menunjukkan Ashwagandha efektif dalam mengobati bentuk arthritis, termasuk rheumatoid arthritis.
Hal ini dibuktikan dari sebuah kecil tahun 2015 pada 125 orang dengan nyeri sendi menemukan ramuan tersebut berpotensi sebagai pilihan pengobatan untuk rheumatoid arthritis.
Antikanker
Tanaman Ashwagandha ini juga dapat menangkal radikal bebas dan mampu mengobati beberapa jenis kanker.
Mulai dari kanker payudara, otak, hingga ovarium.
Penelitian pada hewan dan tabung reaksi telah menemukan bahwa withaferin yang mana merupakan senyawa yang ada di dalam Ashwagandha ini mampu menginduksi apoptosis dan menghambat pertumbuhan sel kanker baru.
Meskipun belum ada penelitian yang memberikan efek serupa pada manusia, namun penelitian tersebut tentunya sangat berpotensi di masa depan.
Menurunkan Kadar Kortisol
Manfaat tanaman Ashwagandha yang terakhir adalah menurunkan kadar kortisol.
Kortisol ini merupakan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal sebagai respon terhadap stres.
Dalam beberapa kasus, kadar kortisol dapat meningkatkan secara kronis.
Kondisi ini dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan, mulai dari tingginya kadar gula hingga meningkatkan penyimpanan lemak di perut.
Dari beberapa manfaat tanaman Ashwagandha di atas, dapat disimpulkan bahwa Aswaganda ini merupakan suplemen yang aman untuk sebagian orang, meskipun efek jangka panjangnya belum diketahui dengan jelas.
Untuk dosis atau cara penggunannya sendiri tergantung pada kondisi yang ingin diobati.
Sebab, pada dasarnya tidak ada dosis standar berdasarkan uji klinis modern.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi 250-600 mg/hari dapat mengurangi stres.
Sedangkan penelitian lain menggunakan dosis yang lebih tinggi.
Sedangkan untuk efek sampingnya sendiri meliputi gangguan pencernaan, diare, mual, dan muntah.(*/aro/jpg)
Â
Â