JAKARTA – Wakil Ketua Fraksi Golkar Bidang Industri Dan Pembangunan (Inbang) DPR RI Mukhtarudin mengatakan memperkuat sektor industri manufaktur merupakan suatu keharusan.
Pasalnya, menurut Mukhtarudin penguatan industri manufaktur tersebut diharapkan dapat membantu Indonesia keluar dari jerat status negara berpenghasilan menengah (middle income trap).
“Dan harapannya Indonesia tumbuh sebagai negara berpendapatan tinggi atau negara maju pada 2045,” kata Mukhtarudin, Kamis (12/9).
Politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini mengaku memang daya tahan perekonomian nasional tercermin dari pertumbuhan ekonomi Q1-2024 yang masih 5,11% (yoy).
Kendati demikian, Anggota Komisi VII DPR RI ini berharap pemerintah tidak berpuas diri terhadap kondisi tersebut mengingat adanya tren perlambatan ekonomi dunia yang tentu saja akan berdampak ke sektor tersebut.
Selain itu, Mukhtarudin juga menyoroti tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengatasi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.
Artinya, lanjut Mukhtarudin, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam dekade terakhir, hal ini belum sepenuhnya diikuti dengan penurunan kemiskinan yang merata.
Di mana, Mukhtarudin mengatakan pertumbuhan ekonomi masih terhambat oleh stagnasi dalam penyerapan tenaga kerja dan peralihan sektor yang belum mulus dari sumber daya alam ke industrialisasi.
Untuk itu, peraih penghargaan Tokoh peduli Daerah Terbaik Parlemen Award 2023 ini berharap pemerintah fokus ke depan terutama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah memperkuat sektor industri melalui hilirisasi produk mineral.
“Untuk itu, DPR RI berharap pemerintah periode lima tahun ke depannya seharusnya memperkuat sektor manufaktur, karena sektor tersebut sangat berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional,” pungkas Mukhtarudin.
Penggerak Utama Perekonomian
Diketahui, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan sektor industri manufaktur bisa menjadi prime mover (penggerak utama perekonomian).
“Sehingga kita bisa sesegera mungkin lulus dari middle income trap, karena jika kita lihat kinerja dari industri manufaktur Indonesia cukup promising (menjanjikan),” beber Agus Gumiwang.
Agus membeberkan berdasarkan
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan Purchasing Manager’s Index (PMI) industri manufaktur di Indonesia mencapai angka 51,8 poin.
Agus menyebut angka itu melanjutkan tren angka PMI di atas 50 selama 12 bukan berturut-turut.
“(Tren itu) menunjukkan bahwa industri (manufaktur) tengah berekspansi,” kata Agus.
Oleh karena itu, Agus pun mendukung upaya Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkuat industri manufaktur untuk transformasi ekonomi nasional sehingga Indonesia dapat lepas dari middle income trap. (tim)