Memang tidak semua orang bisa dikatakan memiliki kepribadian berkelas. Pasalnya orang yang berkelas memang memiliki kepribadian baik yang membuat orang lain merasa nyaman berada di dekatnya.
Adapun orang-orang yang berkelas biasanya menunjukkan tanda-tanda dari kebiasaan yang sering dilakukannya. Dilansir dari Geediting, berikut beberapa kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang berkelas.
Orang yang benar-benar berkelas biasanya memiliki kemampuan yang baik dalam memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Ini bukan berarti narsisme atau obsesi individu, melainkan pandangan yang jelas dan objektif terhadap diri sendiri. Pasalnya, kesadaran diri ini sangat penting untuk mengelola emosi dan membantunya dalam melakukan interaksi sosial.
Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang berkelas adalah selalu mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian. Tidak hanya mendengarkan, mereka juga menanggapi dengan baik apa yang dibicarakan orang lain.
Orang yang berkelas umumnya memiliki wawasan yang luas sehingga mereka sangat menghargai budaya. Bahkan, mereka sangat berminat dengan pengalaman budaya orang lain dari berbagai perspektif.
Seseorang yang berkelas tahu kapan harus berbicara, apa yang dikatakan, dan apa yang tidak boleh dikatakan. Hal itu menandakan bahwa mereka sangat bijaksana dan menghormati privasi orang lain.
Selain itu, tanda yang biasa ditunjukkan oleh seseorang yang berkelas adalah kemampuannya bersikap empati terhadap orang lain. Pasalnya mereka memiliki pemahaman dan kepekaan yang tinggi terhadap emosi pada keadaan sekitar.
Tidak harus berpura-pura, orang yang berkelas justru merasa nyaman dengan kesederhanaan dan apa adanya. Ini bukan tentang memiliki barang-barang mahal dan gaya hidup yang mewah, melainkan cara menghargai aspek-aspek kehidupan yang sederhana dan bermakna.
Selalu bersikap hormat tanpa memandang status sosial merupakan perilaku yang menandakan seseorang termasuk orang yang berkelas.Mereka akan memperlakukan orang lain sama, tidak pilih kasih.
Seseorang yang berkelas selalu memandang pengalaman sebagai pembelajaran hidup. Seperti di saat mengalami kegagalan, mereka tidak akan mudah putus asa, justru menganggapnya sebagai pembelajaran hidup.(jpc)