PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO-Memasuki masa kampanye, empat pasang calon gubernur dan wakil gubernur Kalteng bersaing menyampaikan gagasan terbaik kepada masyarakat.
Program-program terbaik yang dijanjikan itu disampaikan melalui kampanye, sosialisasi, blusukan, maupun pertemuan dengan awak media. Pasangan Willy M Yoseph-Habib Ismail menyoroti pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas.
Menurut Willy, pengembangan sektor pendidikan sangat penting agar masyarakat Kalteng dapat memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang melimpah.
“Salah satu permasalahan yang kami hadapi saat ini adalah banyaknya anak di Kalteng yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena terkendala ekonomi,” ungkapnya.
Mereka berencana memberikan beasiswa bagi siswa dan mahasiswa kurang mampu, yang akan didanai dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Willy-Habib juga berkomitmen meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) untuk mendukung kesejahteraan guru dan memberikan tunjangan pendidikan.
Selain pendidikan, mereka juga akan fokus pada sektor infrastruktur, seperti listrik dan jaringan telekomunikasi, terutama pada sekolah-sekolah di daerah terpencil.
“Dalam 100 hari pertama pemerintahan kami, kami akan fokus pada sektor pendidikan, baik di sekolah negeri maupun swasta, agar fasilitas dan program terkait dapat segera terealisasi,” tambah Willy.
Berikutnya, pasangan Nadalsyah Koyem-Supian Hadi menekankan komitmen mereka untuk membawa perubahan positif di Kalteng. Fokus utama mereka adalah peningkatan layanan kesehatan, terutama di wilayah perdesaan. Koyem menekankan pentingnya penyediaan layanan kesehatan gratis hingga ke pelosok desa.
“Program ini terbukti berhasil di Kotim, dan akan kami lanjutkan di seluruh Kalteng, jika kami dipercaya oleh masyarakat. Dengan adanya fasilitas rawat inap di tiap puskesmas, masyarakat tidak perlu pergi jauh-jauh untuk mendapatkan perawatan yang memadai,” jelasnya.
Selain layanan kesehatan, mereka juga memprioritaskan peningkatan infrastruktur, khususnya perbaikan dan pembangunan jalan nasional.
“Sejahteranya masyarakat adalah indikator kemajuan daerah. Kami berharap Kalteng dapat menjadi role model bagi provinsi lain,” ujar Ketua DPD Partai Demokrat Kalteng.
Sementara itu, pasangan Agustiar Sabran-Edy Pratowo berencana menganggarkan dana sebesar Rp250 juta per desa.
“Ke depan, sub-anggaran desa akan dianggarkan Rp250 juta per desa,” ujar Agustiar, beberapa waktu lalu.
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng itu juga menyebut bahwa ke depan akan mengalokasikan anggaran untuk kabupaten dan kota induk.
“Untuk kabupaten induk, ada sekitar enam kabupaten dan satu kota yang masingmasing akan mendapat Rp150 miliar. Ini demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, agar pembangunan tidak hanya terpusat di wilayah barat, timur, dan sebagainya,” tambahnya.
Pasangan calon lainnya, Abdul Razak- Sri Suwanti, memprioritaskan pembangunan di wilayah tertinggal. Ada banyak desa di Kalteng yang masih sulit diakses dan memerlukan perhatian lebih.
“Pembangunan di wilayah tertinggal harus menjadi perhatian utama, agar seluruh masyarakat dapat merasakan kemajuan,” kata Abdul Razak.
Pasangan ini juga berkomitmen menyelesaikan masalah agraria. Menurut Abdul Razak, sangat penting penyelesaian tumpang tindih lahan dan konflik agraria melalui pemahaman yang mendalam serta implementasi program reforma agraria.
Sementara itu, pengamat politik Ricky Zulfauzan menilai bahwa visi dan misi yang ditawarkan pasangan calon perlu didukung oleh riset yang mendalam dan ilmiah, agar lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Ketua BEM Universitas Palangka Raya, David Benedictus Situmorang menambahkan, program yang ditawarkan pasangan calon harus realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu lima tahun. Menurutnya, bantuan langsung hanya akan menyelesaikan masalah jangka pendek. Dibutuhkan langkah preventif agar masyarakat bisa mandiri secara ekonomi.
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, Farid Zaky, menilai relevansi program yang ditawarkan bergantung pada segmen masyarakat.
“Pasar pemilih saat ini didominasi kaum milenial dan generasi Z. Oleh karena itu, program-program yang ditawarkan harus menarik bagi kaum muda,” tuturnya. (irj/ce/ala/kpg)