PROKALTENG.CO – Mengalami kehidupan di lingkungan rumah tangga yang tidak bahagia dapat berdampak besar pada perkembangan seseorang. Dalam psikologi, ada beberapa ciri yang sering ditemukan pada individu yang tumbuh dalam situasi semacam ini. Kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis bisa mempengaruhi pola pikir, emosi, hingga perilaku di masa depan.
Jika kamu merasa ada sesuatu yang berbeda dengan caramu menghadapi kehidupan saat ini, mungkin kamu memiliki salah satu ciri yang diungkapkan psikologi tentang orang yang tumbuh di rumah tangga yang tidak bahagia. Berdasarkan informasi dari Hack Spirit, berikut enam ciri yang sering ditemukan pada mereka:
Mereka yang tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak harmonis sering terjebak dalam pola pikir bertahan hidup, bahkan setelah dewasa. Sistem saraf mereka mungkin masih terganggu akibat pengalaman masa kecil yang penuh tekanan.
Hal ini dapat menyebabkan reaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele, kecemasan kronis, dan kesulitan menikmati momen saat ini. Menurut pakar ilmu jiwa Annie Tanasugarn, anak-anak yang mengalami pengabaian atau kekerasan emosional maupun fisik dapat tumbuh dengan “inner child” yang secara emosional terhenti pada usia saat mereka mengalami trauma.
Tumbuh di lingkungan yang penuh ketegangan dan pertengkaran dapat membentuk seseorang menjadi orang yang selalu ingin menyenangkan orang lain. Mereka belajar untuk menghindari konflik dengan cara apapun, bahkan jika itu berarti mengorbankan keinginan dan kebutuhan pribadi. Tujuan utama mereka bukan untuk menjalin hubungan yang autentik, melainkan untuk memastikan bahwa orang lain menyukai mereka. Perilaku ini sering kali berakar dari kebutuhan akan penerimaan dan validasi eksternal, karena mereka kesulitan menemukan kepuasan dari dalam diri sendiri.
Rumah tangga yang tidak bahagia sering ditandai dengan komunikasi yang buruk. Akibatnya, mereka yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini mungkin kesulitan mengekspresikan kebutuhan dan perasaan mereka secara produktif saat dewasa.
Mereka perlu belajar dari awal tentang cara menetapkan batasan, menangani konflik secara konstruktif, dan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Meskipun keterampilan komunikasi dapat dipelajari, fakta bahwa seseorang harus mempelajarinya dari awal sebagai orang dewasa menunjukkan bahwa masa kecil mereka mungkin tidak ideal.
Teori keterikatan (attachment theory) dalam ilmu kejiwaan menjelaskan bahwa ikatan yang terbentuk antara anak dan pengasuh utama dapat mempengaruhi cara seseorang menjalin hubungan di masa dewasa. Mereka yang tumbuh di keluarga yang tidak harmonis cenderung mengembangkan gaya keterikatan yang tidak aman.
Ini bisa berupa keterikatan cemas, di mana seseorang terus-menerus mencari perhatian dan validasi, atau keterikatan menghindar, di mana seseorang sulit untuk membuka diri dan mengandalkan orang lain. Gaya keterikatan ini dapat mempengaruhi hubungan romantis dan persahabatan di kemudian hari.
Bagi mereka yang tumbuh di keluarga yang tidak bahagia, melihat keluarga lain yang harmonis bisa menimbulkan perasaan kehilangan yang mendalam. Mereka mungkin merasa telah melewatkan pengalaman-pengalaman berharga yang tidak bisa diulang, seperti makan malam keluarga yang menyenangkan atau liburan tanpa ketegangan.
Perasaan ini bisa menciptakan semacam kekosongan dalam diri mereka. Namun, ada sisi positifnya: mereka memiliki kesempatan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang mereka inginkan di masa depan, membentuk rumah tangga bahagia yang mungkin tidak mereka dapatkan saat kecil.
Meskipun tumbuh di lingkungan yang tidak ideal memiliki banyak tantangan, hal ini juga dapat menghasilkan individu-individu yang sangat tangguh. Mereka yang telah melalui masa kecil yang sulit sering mengembangkan kekuatan mental yang luar biasa.
Cenderung memiliki pandangan realistis tentang kehidupan dan psikologi manusia, mereka mampu mengatasi berbagai rintangan dan bangkit kembali setelah mengalami kesulitan. Selain itu, mereka sering kali memiliki tingkat empati yang tinggi dan kemampuan untuk memproses emosi yang sulit dengan lebih baik.
Memahami ciri-ciri ini dapat membantu kita lebih menghargai perjalanan individu yang tumbuh di lingkungan rumah tangga yang tidak bahagia dan mendorong kita untuk lebih peduli dan mendukung mereka dalam proses penyembuhan. (pri/jawapos.com)