Atlet Disabilitas Lamandau Raih Medali Perak di Peparnas XVII

- Advertisement -

NANGA BULIK, PROKALTENG.CO – Atlet disabilitas asal Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Hadi Susilo kembali mengharumkan nama daerahnya dengan meraih medali perak pada ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII yang digelar di Solo, Jawa Tengah, baru-baru ini.

Keberhasilan ini semakin memperkuat reputasinya sebagai atlet panahan yang berprestasi, setelah sebelumnya juga meraih medali perak pada Peparnas 2021 di Papua.

Hadi, yang akrab disapa Silo ini, berhasil melaju ke babak final dalam cabang olahraga panahan dan membawa pulang medali perak. Meski merasa kurang puas karena berharap bisa mendapatkan medali emas, Silo mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaiannya itu.

“Saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Mungkin belum rezeki dapat emas. Tapi kami sangat bangga,” katanya, Sabtu 26 Oktober 2024.

Menurutnya keluarga Silo pun tidak kalah bangga melihat prestasi yang diraihnya di tengah keterbatasan fisiknya tersebut.

“Mereka sangat bangga. Apalagi melihat kondisi saya yang dengan keadaan disabilitas bisa mengharumkan nama daerah,” tuturnya.

Dituturkannya bahwa perjalanan Silo menjadi atlet panahan tidaklah mudah. Setelah mengalami kecelakaan tunggal pada tahun 2012 silam, menyebabkan kedua kakinya lumpuh total. Silo saat itu sempat merasa putus asa. Namun, empat tahun kemudian, ia bertekad untuk bangkit dan mencoba peruntungan di dunia olahraga dengan didaftarkan sebagai atlet panahan.

“Saya ingat betul, coach Sapriatno mencari atlet disabilitas dan saya ditawarkan menjadi atlet untuk mewakili Kalteng di Peparnas XV di Jawa Barat. Sejak saat itu, saya tertarik dengan olahraga panahan,” bebernya.

Debut pertamanya di Peparnas XV di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 2016, tidak memberikan hasil yang memuaskan. Namun, Silo tidak menyerah dan terus berlatih keras. Usahanya membuahkan hasil pada Peparnas 2021 di Papua, di mana ia berhasil meraih dua medali perak.

“Karena berhasil dapat dua medali perak di Papua itu, saya sampai sekarang bisa bekerja sebagai tenaga honor. Saya sayangkan tidak ada penyambutan dari pihak provinsi untuk prestasi kami sebagai disabilitas,” ujarnya.

Prestasi Silo tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi dirinya, tetapi bisa inspirasi bagi banyak orang, terutama penyandang disabilitas.

Untuk itu, ia berharap agar penyandang disabilitas lain tidak terpuruk dalam keterbatasan dan terus berjuang.

“Jangan patah semangat. Di tengah keterbatasan selalu ada titik balik. Tuhan selalu menunjukkan jalan terbaik buat umatnya,” pungkasnya. (bib/hnd)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES
- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments