Mengalami penilaian atau diremehkan oleh orang tua selama masa kecil bisa meninggalkan dampak yang cukup dalam pada perkembangan kepribadian dan pola pikir seorang anak.
Tanpa disadari, pengalaman tersebut memengaruhi cara mereka berpikir, merasakan, dan bertindak dalam kehidupan dewasa. Dilansir dari Geediting pada Rabu (30/10), terdapat delapan perilaku yang sering kali terlihat pada orang dewasa yang mengalami kondisi seperti ini di masa kecil:
Orang yang tumbuh dengan sering diremehkan cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah.Mereka merasa bahwa pencapaian mereka tidak pernah cukup baik atau berharga karena terbiasa mendengar kritik atau komentar meremehkan sejak kecil.
Akibatnya, mereka sering kali meragukan kemampuan mereka sendiri dan bahkan bisa mengalami sindrom impostor, yaitu perasaan bahwa mereka tidak pantas meraih kesuksesan atau penghargaan.
Karena merasa tidak pernah dihargai oleh orang tua, mereka sering mencari pengakuan dari lingkungan sekitar.Mereka cenderung bekerja keras untuk mendapatkan apresiasi dari teman, rekan kerja, atau atasan.
Sayangnya, pencarian pengakuan ini sering membuat mereka berada dalam lingkaran yang tak berujung, di mana kebahagiaan mereka tergantung pada bagaimana orang lain melihat mereka.
Pengalaman sering diremehkan membuat mereka menghindari konflik atau konfrontasi. Mereka sering takut bahwa opini atau pandangan mereka akan ditolak atau diremehkan, seperti yang pernah mereka alami dengan orang tua.Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk menekan perasaan dan pendapat sendiri, sehingga seringkali mengorbankan kebahagiaan mereka demi menjaga hubungan yang harmonis.
Beberapa orang yang tumbuh dalam lingkungan ini mencoba menanggulangi perasaan rendah diri dengan menjadi perfeksionis.Mereka percaya bahwa hanya dengan mencapai kesempurnaan, mereka bisa mendapatkan pengakuan yang selalu mereka rindukan.
Namun, sikap perfeksionis ini sering membuat mereka stres dan merasa lelah, karena tidak ada hal yang benar-benar bisa memuaskan standar tinggi yang mereka ciptakan untuk diri sendiri.
Karena pernah mengalami penolakan emosional, orang-orang ini seringkali memiliki ketakutan dalam membuka diri sepenuhnya pada orang lain.Mereka cenderung menjaga jarak secara emosional untuk menghindari rasa sakit atau penolakan yang sama.Mengisolasi diri ini bisa menyebabkan mereka merasa kesepian, meskipun mungkin mereka memiliki banyak teman atau rekan kerja di sekitar.
Tumbuh dewasa dengan penilaian dan kritik yang konstan membuat mereka merasa bahwa keputusan mereka selalu salah atau tidak cukup baik.Hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi sangat hati-hati dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan, bahkan untuk hal-hal sederhana sekalipun.
Mereka kerap kali membutuhkan waktu lebih lama untuk mempertimbangkan berbagai aspek, takut keputusan mereka akan berakhir mengecewakan diri sendiri atau orang lain.
Kebiasaan dikritik sejak kecil menyebabkan mereka tumbuh dengan kecenderungan untuk bersikap keras pada diri sendiri.Mereka sering merasa bahwa kesalahan sekecil apa pun adalah cerminan ketidakmampuan atau kegagalan mereka.
Ini membuat mereka sangat jarang menghargai pencapaian sendiri, dan selalu merasa harus berbuat lebih baik untuk menghindari rasa kecewa.
Orang yang merasa diremehkan oleh orang tua sering kali membawa pola tersebut ke dalam hubungan mereka dengan orang lain.Mereka cenderung merasa “tidak cukup baik” untuk pasangannya atau bahkan menarik diri secara emosional dalam hubungan.
Terkadang, mereka juga mengalami kesulitan dalam menetapkan batasan, sehingga sering berakhir dengan memberikan terlalu banyak atau mengorbankan diri dalam hubungan yang tidak sehat.
Kesimpulan
Dampak dari pengalaman diremehkan oleh orang tua memang tidak boleh diabaikan. Bagi mereka yang merasakan dampak ini di masa kecil, penting untuk menyadari bahwa masa lalu tidak harus mendikte kehidupan mereka
Dukungan emosional dari teman, pasangan, atau bahkan bantuan dari seorang profesional bisa menjadi langkah awal untuk mengatasi pola perilaku ini.Dengan kesadaran dan usaha untuk mengubah pola pikir, mereka bisa membangun kehidupan yang lebih sehat, bahagia, dan penuh penerimaan.(jpc)