JAKARTA – Sekretaris Fraksi Golkar DPR RI Mukhtarudin mendorong bahwa kabinet Merah-Putih Prabowo Subianto untuk terus memperkuat komitmen untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan melalui berbagai langkah strategis demi mewujudkan kemandirian Energi nasional.
Anggota Komisi XII DPR RI yang membidangi sektor Energi ini mengaku untuk mewujudkan kedaulatan energi nasional salah satu langkah kebijakan strategis yakni percepatan implementasi Biodiesel B40 pada tahun 2025.
“Saya kira penerapan Biodiesel B40 bukan hanya berperan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi nasional,” tutur Mukhtarudin, Kamis 31 Oktober 2024.
Kebijakan ini juga, lanjut Mukhtarudin, selain memberikan kontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca, peningkatan konsumsi biodiesel juga berdampak positif pada perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja baru.
“Sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil,” ujar Mukhtarudin.
Diketahui, Biodiesel B40 adalah campuran antara bahan bakar fosil solar dengan 40% bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit, menjadi solusi utama dalam menghadapi tantangan lingkungan sekaligus memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional.
Berdasarkan data dari subsektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), pemanfaatan biodiesel di Indonesia terus menunjukkan peningkatan signifikan.
Pada kuartal kedua tahun 2024, penggunaan biodiesel mencapai 6,2 juta kiloliter, atau sekitar 54,2% dari target tahunan sebesar 11,3 juta kiloliter.
“Nah, tentu kita lihat peningkatan ini mencerminkan progres positif dalam adopsi biodiesel di seluruh Indonesia,” imbuh Mukhtarudin.
Politisi Dapil Kalimantan Tengah ini menilai langkah penerapan biodisel B40 tersebut, tidak hanya sebagai solusi terhadap tantangan lingkungan, melainkan juga membawa dampak ekonomi yang signifikan, terutama di sektor energi.
“Fraksi Golkar DPR RI berharap dengan penerapan B40, Indonesia akan semakin kokoh dalam perannya sebagai penyedia bahan bakar nabati terbesar di Asia Tenggara, sekaligus menjadi pionir dalam pengurangan emisi karbon global,” pungkas Mukhtarudin.
*Mandatori Biodiesel B40 Awal Januari 2025*
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menyatakan kesiapan untuk menerapkan mandatori biodiesel B40 pada awal Januari 2025.
“Bioenergi akan menjadi prioritas juga, dan mungkin bukan hanya B50, kita lagi mempersiapkan B40 untuk mandatorinya. Mandatori nanti saya keluarkan Insya Allah di 1 Januari 2025,” kata Eniya seusai mengikuti rapat pimpinan (rapim) bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Jakarta, Selasa.
Eniya mengungkapkan bahwa arahan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia terkait bioenergi yang menjadi prioritas utama untuk segera diselesaikan.
Ia mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan program ini dengan bauran solar yang mencakup 40 persen bahan bakar nabati berbasis minyak sawit.
Dia menambahkan bahwa pihaknya sedang menyiapkan sejumlah infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, pengiriman, dan logistik untuk kelancaran penerapan mandatori bioenergi yang ditargetkan persiapan selesai Desember 2024.
“Memang perlu banyak hal untuk mempersiapkan kaya pelabuhannya, pengirimannya, logistik. Industri harus mempersiapkan, investasi butuh modal juga,” ucapnya.
Selain fokus pada B40, pemerintah juga mengkaji kemungkinan penerapan biodiesel B50. Eniya menyebutkan bahwa kajian teknis terkait performa mesin dengan penggunaan B50 sudah dilakukan. (tim)