Orang yang sering menangis mungkin disebut ‘si cengeng’ atau ‘si lemah’ yang tidak tahu bagaimana menenangkan diri. Meskipun menangis sering dianggap sebagai tanda kelemahan, nyatanya tidak demikian.
Faktanya, orang yang sering menangis mungkin sebenarnya lebih siap secara emosional daripada mereka yang tidak. Seperti dikutip pada Times of India, berikut adalah lima sifat tersembunyi yang dimiliki orang sering jika sering menangis.
Memiliki kecemasan atau stres yang lebih rendah
Menangis adalah cara yang bagus untuk menghilangkan stres. Stres bisa saja terjadi akibat sampingan dari jadwal yang padat dan target yang tak ada habisnya. Bila Anda tidak memberi diri Anda ruang untuk menangis, Anda akan terkungkung dalam kelelahan dan kenegatifan. Hal ini sering kali mengakibatkan masalah seumur hidup seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan sebagainya.
Tidak peduli jika terlihat rentan
Sungguh suatu prestasi, untuk tidak peduli terlihat rentan. Kita semua takut dinilai lemah atau membiarkan diri kita mengekspresikan diri dengan bebas, tetapi mereka yang bisa menangis di depan orang lain tidak terlalu takut. Menjadi terlalu rentan mungkin buruk, tetapi tidak mempermasalahkan menjadi rentan sampai batas tertentu.
Memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik
Kecerdasan emosional merupakan parameter perbandingan yang penting saat ini. Jika Anda membiarkan diri Anda menangis, kemungkinan besar Anda memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik daripada mereka yang tidak menangis. Ini berarti Anda berhubungan dengan perasaan Anda dan Anda menilai serta menanggapinya. Ini tidak memberi ruang bagi emosi yang terpendam.
Merupakan teman yang baik
Persahabatan adalah hubungan emosional yang perlu terbuka terhadap ekspresi emosional. Karena mereka yang sering menangis memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik, mereka mendorong orang lain untuk tetap berhubungan dengan diri emosional mereka. Mereka mampu memahami emosi orang lain dengan lebih mudah.
Tidak peduli terhadap omongan orang sekitar
Menangis di depan umum merupakan hal yang tabu, terutama bagi kaum pria. Kita masih berjuang untuk kesetaraan gender dan menangis belum dianggap sebagai hal yang hanya dilakukan oleh kaum wanita. Jadi, jika yang menangis adalah seorang pria, tentu saja ia lebih baik daripada peran gender yang dipaksakan oleh masyarakat kepadanya.(jpc)