Melihat perspektif pada manusia, media sosial bisa dianggap sebagai berkah atau kutukan. Meskipun media sosial memudahkan kita dalam terhubung dengan cara yang sebelumnya tidak terbayangkan, namun hal ini juga dapat membuat kita lebih antisosial.
Selama bertahun-tahun, kita telah melihat banyak platform muncul dan menghilang. Saat ini sosmed yang populer seperti Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest, dan LinkedIn. Lewat platform-platform ini, kita bisa mengikuti selebritas, menemukan resep baru, dan bahkan mencari pekerjaan.
Walaupun banyak manfaat, terdapat berbagai alasan orang tidak menggunakannya sama sekali. Mengutip computer.howstuffworks.com, berikut beberapa alasan orang tidak berhenti bermain media sosial, salah satunya karena kecanduan.
Media sosial telah menjadi begitu umum sehingga diharapkan setiap orang mempunyai kehadiran di platform utama. Dari perspektif profesional, banyak organisasi mengharapkan karyawan untuk memahami dan memanfaatkan situs-situs tersebut dalam pekerjaan mereka.
Namun, seharusnya ini menjadi pilihan pribadi, bukan? Jika kamu merasa jenuh dengan media sosial atau merasa itu tidak cocok untukmu, maka tidak ada salahnya berhenti memakainya. Kamu tidak perlu menjelaskan diri atau merasa terpaksa mengikuti norma-norma masyarakat.
Jumlah teman di akun Facebook mungkin mencapai 746, tetapi seberapa banyak dari mereka yang benar-benar dekat denganmu? Media sosial membuat kita merasa mengenal orang lain lebih baik daripada kenyataannya, karena kita hanya melihat foto dan momen yang mereka pilih untuk dibagikan.
Tindakan ini adalah versi ideal dari kehidupan mereka yang tidak mencerminkan tantangan sebenarnya. Mengapa tidak berhenti menggunakan media sosial dan fokus membangun persahabatan yang lebih mendalam dengan beberapa orang terpilih lewat telepon atau pertemuan langsung?
Bagi banyak perusahaan, memeriksa profil media sosial calon karyawan menjadi bagian dari proses rekrutmen. Jadi, jika kamu suka mengunggah foto dari pesta yang dihadiri di akhir pekan, sebaiknya pertimbangkan untuk mengurangi aktivitas media sosialmu.
Selain itu, walau mungkin menggoda, media sosial bukanlah tempat untuk membagikan masalah pribadi atau pendapat yang kontroversial. Apa pun yang kamu unggah di Internet akan tetap ada, bahkan setelah kamu menghapusnya.
Bagi banyak orang, media sosial menjadi tempat untuk meluapkan stres, frustrasi, dan kesedihan, atau berbagi pandangan mengenai tragedi yang terjadi di dunia. Meskipun hal ini mungkin memberikan sedikit kelegaan bagi mereka yang berbagi, media sosial tidak selalu memberikan efek yang sama bagi pembacanya.
Apabila terus-menerus terpapar komentar negatif, bahkan orang yang paling bahagia pun bisa terpengaruh. Menutup akun media sosial dapat membantumu menjauh dari lingkungan yang negatif ini dan mengalihkan fokus serta energimu pada perasaan pribadi.
Dengan banyaknya waktu yang kita habiskan di media sosial, apakah kita benar-benar belajar sesuatu yang berarti? Bukan hanya berita terkini, tetapi informasi yang bisa mencerahkan, membantu dalam pengambilan keputusan penting, atau mendukung pertumbuhan pribadi.
Konten semacam itu jarang ditemukan di media sosial, bahkan lebih sering dipenuhi drama yang menarik perhatian. Mengapa tidak berhenti memakai media sosial dan menggunakan waktu itu untuk pendidikan yang lebih berkualitas?
Fokus media sosial sering membuat kita lupa bahwa perusahaan di baliknya yang mencari keuntungan. Setiap postingan dan interaksi kita menjadi data yang dijual ke pengiklan. Ini seharusnya jadi alasan untuk mempertimbangkan berhenti dari media sosial.
Kecanduan dalam bentuk apa pun, termasuk pemakaian media sosial yang berlebihan, jelas tidak sehat. Kita telah melewati batas moderasi, sehingga beberapa pusat kecanduan kini menawarkan program perawatan bagi mereka yang terjebak.
Peneliti di Universitas Bergen, Norwegia, juga telah menciptakan Skala Kecanduan Facebook Bergen (BFAS) guna mengevaluasi kebiasaan dan perasaan pengguna terhadap platform tersebut. Mencegah atau menghentikan kecanduan ini adalah alasan kuat untuk menghindari media sosial.
Kita sering begitu terobsesi untuk mengabadikan momen-momen berharga di media sosial hingga lupa menikmati pengalaman itu sendiri. Misalnya, di konser, banyak orang lebih fokus merekam video band daripada bernyanyi dan menari.
Begitu pula, mengeluarkan ponsel untuk mengambil foto makanan bisa merusak suasana makan malam romantis. Dengan berhenti memakai media sosial, kamu akan membiarkan kenangan tersebut terukir dalam ingatan yang akan lebih berharga dibandingkan foto-foto buram di kemudian hari.
Media sosial sering membuat kita merasa tidak puas dengan diri sendiri. Melihat unggahan teman tentang perjalanan atau pencapaian mereka dapat menimbulkan rasa iri dan meragukan kehidupan kita sendiri.
Maka, dengan berhenti menggunakan media sosial, kita mampu mengurangi perbandingan tersebut dan merasa lebih baik mengenai diri sendiri, karena kita tidak lagi terpengaruh dengan informasi yang memicu rasa iri.
Meskipun terlihat sepele saat hanya menjelajahi media sosial selama beberapa menit, jika dihitung, kamu mungkin terkejut dengan jumlah waktu yang sebenarnya dihabiskan. Data terbaru menunjukkan bahwa rata-rata orang menghabiskan 1,72 jam per hari di platform ini.
Dengan banyaknya keluhan mengenai kurangnya waktu, menghentikan penggunaan media sosial bisa menjadi cara efektif untuk mendapatkan waktu tambahan. Bayangkan apa yang bisa dilakukan dengan dua jam ekstra itu mungkin berolahraga atau memasak makanan segar. Sehingga, pilihannya tidak terbatas.(jpc)
Â