Semakin dewasa, seharusnya kita paham bahwa hubungan itu tak selalu soal cinta dan romansa belaka. Mungkin itu hanya ada dalam drama atau cerita orang-orang di media sosial.
Banyak hal yang ternyata perlu diperjuangkan dalam sebuah hubungan, yakni dengan saling mengerti, menghargai, dan berusaha sekencang apapun badainya. Kita juga perlu menyadari untuk membangun hubungan yang kokoh, perlu saling menguatkan dalam keadaan apapun.
Dilansir dari laman Psychology Today pada Selasa (08/04) inilah 3 cara pasangan yang berjuang dengan benar dalam membina hubungannya :
Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan pasangan ketika mendiskusikan masalah adalah datang dengan kepala panas dan menyalahkan. Meskipun dapat dimengerti untuk merasa emosional dalam konflik, dari cara kamu memulai percakapan sering kali menentukan bagaimana percakapan akan berakhir.
Masuk akal jika kamu memulai percakapan dengan permusuhan, pasanganmu kemungkinan akan menjadi defensif. Dari sana, apa yang bisa menjadi diskusi konstruktif berputar menjadi argumen yang tidak relevan.
Penelitian Gottman menekankan pentingnya apa yang dia sebut “start-up yang melunak” yaitu, mendekati konflik dengan tenang, kejelasan, dan perhatian. Alih-alih langsung masuk dengan tuduhan, tujuannya adalah untuk membingkai kekhawatiran dengan cara yang mendorong percakapan, bukan pertempuran.
Ingat, pasangan yang menangani konflik dengan baik tidak menghindari percakapan yang sulit. Tapi mereka bertanggung jawab atas caranya sendiri. Mulailah diskusi dengan lembut dan mengatur nada untuk dialog dua arah.
Sangat mudah untuk berpikir bahwa hubungan yang baik berarti harus menyelesaikan setiap perselisihan. Tapi pada kenyataannya, sebagian besar konflik tidak memiliki solusi semudah pemotong kue.
Faktanya, penelitian Gottman menemukan bahwa 69 persen konflik hubungan bersifat abadi, artinya konflik tersebut berasal dari perbedaan mendasar dalam kepribadian, nilai, atau gaya hidup.
Dengan cara ini, pasangan yang paling bahagia bukanlah orang-orang yang “memperbaiki” setiap masalah. Mereka adalah orang-orang yang belajar mengelola perbedaan dengan cara yang berfokus pada apa yang dapat mereka ubah, bukan apa yang tidak dapat mereka ubah.
Setiap pasangan bertengkar, tetapi mereka yang tetap bersama adalah tahu bagaimana mengurangi ketegangan dan yang paling penting, bisa terhubung kembali.
Di sinilah upaya perbaikan masuk. Menurut Gottman, upaya perbaikan adalah gerakan apapun yang membantu meredakan konflik dan menandakan keinginan untuk mengatasinya bersama.
Mereka datang dalam berbagai bentuk, seperti berupa permintaan maaf, sentuhan yang meyakinkan, sedikit humor, atau bahkan sederhana, “Saya tidak ingin berkelahi. Bisakah kita memulai dari awal?” dan yang paling penting adalah niat untuk mengingatkan pasangan bahwa dia bukanlah musuh ketika tidak sependapat.
Pada intinya, di sini kita mengetahui bahwa pasangan yang harmonis dan langgeng bukan bebas dari konflik atau masalah, tapi mereka punya kehebatan untuk menghadapinya. Sehingga apapun rintangannya tidak akan tergoyahkan begitu saja.
Seperti yang dikutip dari laman Hello Sehat pada Selasa (08/04) untuk menjaga hubungan agar tetap utuh adalah jangan menghindari konflik, kamu perlu banyak melakukan diskusi bersama pasangan. Selain itu, jangan ragu mengingatkan satu sama lain jika merasa tidak nyaman akan suatu hal.
Tak peduli seberapa banyak maaf yang sudah dilontarkan dan diterima, pasangan yang berjuang dengan cara benar akan selalu mempertahankan dengan berbagai upaya dan itulah dinamakan komitmen.(jpc)