Trade War TikTok: Produsen China Bongkar Biaya Produksi Merek Mewah

- Advertisement -

PROKALTENG.CO-Sebuah fenomena global tengah mengguncang industri mode mewah. Produsen China secara terbuka mengungkap biaya produksi rendah dari produk merek-merek mewah Barat melalui platform TikTok, memicu gelombang diskusi tentang nilai, status, dan transparansi di balik barang-barang berlabel “high-end.”

Sejak April 2025, video dari akun-akun produsen seperti Senbags menjadi viral, menunjukkan bahwa sekitar 80% tas mewah dunia dibuat di China, sebelum dipaket ulang di Eropa dan diberi label seperti “Made in Italy” atau “Made in France.”

Salah satu klaim paling mencolok: sebuah tas sekelas Hermès Birkin bisa diproduksi dengan biaya hanya $10, tetapi dijual hingga ribuan dolar di pasar Barat.

Video-video ini tak hanya menunjukkan proses produksi secara detail, namun juga menyoroti perbandingan harga dan menyuarakan ajakan kepada konsumen global untuk membeli langsung dari pabrik, melewati markup harga ekstrem dari merek-merek besar.

Fenomena ini tak bisa dilepaskan dari konteks geopolitik.

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China, terutama penerapan tarif tinggi oleh AS hingga 145% pada produk impor asal China, menjadi katalis bagi produsen China untuk membalas melalui jalur publik media sosial.

Menurut laporan dari SmartCompany, kampanye ini telah diberi julukan “Trade War TikTok”, di mana produsen China memanfaatkan algoritma TikTok untuk menyebarkan narasi mereka ke audiens global.

Reaksi dari konsumen pun cukup mengejutkan.

Banyak yang mulai mempertanyakan nilai sebenarnya dari merek-merek mewah, bahkan menyesali pembelian mereka sebelumnya.

Forum seperti Reddit dibanjiri diskusi mengenai keaslian video, sementara sebagian besar laporan menyatakan bahwa produksi tersebut memang nyata dan bukan sekadar barang tiruan.

Industri mewah global yang bernilai $380 miliar dilaporkan mengalami penurunan sebesar 2% pada tahun 2024.

Pangsa pasar China juga menurun drastis dari 50% pada dekade lalu menjadi hanya 12%, meski diprediksi akan kembali naik seiring perubahan perilaku konsumen.

Konsumen muda di China, yang saat ini menghadapi tingkat pengangguran sebesar 20%, mulai mengadopsi gaya hidup yang lebih berfokus pada pengalaman daripada status.

Tren ini menunjukkan pergeseran besar dari “pamer merek” ke apresiasi atas kualitas dan nilai nyata.

Laporan dari Morocco World News menyoroti bahwa merek seperti Gucci (80%), Prada (>60%), Chanel, Hermès, dan lainnya memiliki rantai produksi utama di China.

Berkat biaya tenaga kerja yang hanya 20% dari AS, menjadikannya lahan produksi yang sangat efisien. Namun sebelumnya tidak transparan.

Fenomena ini bukan sekadar aksi protes digital, melainkan katalis perubahan besar dalam industri mewah global.

Dengan meningkatnya kesadaran konsumen, terbuka peluang untuk model distribusi yang lebih adil dan efisien, termasuk pembelian langsung dari pabrik.

Bagi merek-merek mapan, ini menjadi momen refleksi.

Apakah mereka mampu beradaptasi dalam lanskap baru yang menuntut kejujuran, efisiensi, dan nilai nyata, atau akan tertinggal oleh gelombang produsen baru yang lebih transparan?

Dari video TikTok viral hingga penurunan nilai pasar global, fenomena “Trade War TikTok” menggambarkan realitas baru dalam dunia merek mewah.

Saat produsen China membongkar “rahasia dapur” industri ini, konsumen global mulai membuka mata dan mungkin, mengubah cara mereka melihat kemewahan itu sendiri. (jpg)

 

- Advertisement -
RELATED ARTICLES
- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments