PROKALTENG.CO– Lapangan Santo Petrus, Kota Vatikan, diperkirakan dipenuhi 250.000 orang yang menghadiri misa pelantikan Paus Leo XIV. Termasuk kehadiran sejumlah pemimpin dunia serta bangsawan, seperti Wakil Presiden AS JD Vance, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy; Perdana Menteri Kanada Mark Carney, dan Pangeran Edward dari Inggris.
Ibadah dimulai pada Minggu pukul 10 pagi waktu setempat menandai dimulainya kepausan resmi paus AS pertama dalam sejarah gereja Katolik Roma.
Kardinal kelahiran Chicago, Robert Prevost, 69 tahun, terpilih untuk menggantikan mendiang Paus Fransiskus awal bulan ini setelah konklaf yang berlangsung kurang dari 26 jam.
Pemimpin dunia lain yang hadir termasuk presiden Israel, Isaac Herzog, presiden Argentina, Javier Milei, dan perdana menteri Australia, Anthony Albanese.
Melansir Guardian, seperti tradisi untuk misa perdana Paus pada hari Minggu, Leo diperkirakan akan tiba di Lapangan Santo Petrus dengan menaiki mobil paus dan menghabiskan waktu untuk menyapa orang banyak.
Paus Memiliki Pergaulan Luas
Dipilihnya Prevost sebagai Paus Leo XIV bukan tanpa alasan. Ia dipilih karena pengalamannya yang sangat luas di Amerika Latin, keselarasannya dengan visi Paus Fransiskus, dan gaya kepemimpinannya bijaksana.
Paus Leo XIV saat terpilih memberikan sambutan kepada para umatnya. Ia menyampaikan pentingnya persatuan dalam Kristus. Hal ini sesuai dengan semboyan episkopalnya, ‘In illo uno unum’ (Dalam Yang Satu, kita menjadi satu).
Maksud pesan dari semboyan ini adalah semangat dalam pelayanan dan kesederhanaan menjadi ciri khas perjalanannya dalam Gereja.
Robert Francis Prevost lahir pada 14 September 1955 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Perjalanan Prevost hingga dipercaya menjadi Paus saat ini tidaklah semudah itu.
Ia mulai semuanya sejak muda. Ia sangat tertarik dengan kehidupan yang religius dengan belajar di Seminari Kecil yang dimiliki oleh Ordo Agustinus dan melanjutkan pendidikan tingginya di Villanova University dengan meraih gelar Sarjana Matematika di tahun 1977.
Prevost lalu menempuh pendidikan teologi di Catholic Theological Union, Chicago. Ia lalu belajar Hukum Kanokik di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas (Angelicum). Pada 1987, ia mendapatkan gelar doktornya dengan disertasi yang membahas peran prior lokal dalam Ordo Santo Agustinus.
Saat ini ia ditetapkan sebagai pengganti Paus Fransiskus dengan nama Paus Leo XIV. Melansir dari CNN, seorang Paus ternyata tidak digaji secara tradisional, Bunda. Namun, seorang yang dilantik sebagai Paus akan mendapatkan tunjangan dari Vatikan dalam bentuk penyediaan tempat tinggal, makanan, transportasi dan lain sebagainya. Pendapatan Vatikan biasanya didapatkan dari sumbangan.
Alasan Mengapa Tak Pernah Ada Paus Perempuan
Melansir dari Yahoo News, kandidat haruslah seorang pria Katolik yang telah dibaptis dan dipilih dalam konklaf oleh para kardinal agar memenuhi syarat sebagai calon paus, Bunda.
Hal ini memang persyaratan Paus sebagai Uskup Roma dan pemimpin Gereja Katolik di seluruh dunia yang harus ditahbiskan sebagai imam dan tentunya hal ini hanya dikhususkan bagi pria.
Pada tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II juga menjelaskan mengapa peran paus hanya dikhususkan bagi pria. Dia menjelaskan bahwa perempuan tidak dapat ditahbiskan sebagai imam yang merupakan syarat untuk menjadi paus. Seorang Paus juga tidak boleh menikah mengikuti tradisi Gereja dalam agama Katolik.
Melansir NBC News, alasan pendukung mengapa perempuan tidak bisa dipilih menjadi Paus adalah Gereja Katolik berpegang pada ajaran bahwa Yesus memilih 12 rasul laki-laki sebagai murid-Nya, dan para rasul itu kemudian memilih laki-laki juga untuk meneruskan tugas pelayanan. Petinggi gereja merasa bahwa mereka wajib setia pada pilihan Yesus tadi.
Masih melansir laman yang sama, Michele Dillon, seorang sosiolog dari Universitas New Hampshire yang mempelajari budaya Katolik di Amerika mengatakan pemikiran logikanya bahwa, “jika Yesus menginginkan perempuan menjadi pendeta, ia akan memanggil mereka untuk menjadi rasul-rasulnya.”
Meskipun banyak umat Katolik mendukung gagasan untuk memperbolehkan wanita ditahbiskan, kemungkinan gereja akan mengubah pendiriannya sangatlah kecil, kata Dillon pada LiveScience dilansir dari NBC News.
Hal tersebut juga sejalan dengan Paus Fransiskus dilansir dari The Indian Times di mana pada tahun 2023 ia menegaskan kembali aturan penahbisan itu dikhususkan untuk pria.
Persyaratan untuk menjadi Paus ditambah dengan usia minimal 35 tahun dan menempuh pendidikan formal dalam studi Alkitab, teologi, atau hukum kanon.
Meskipun seorang Paus hanya dikhususkan untuk seorang pria, para perempuan dalam kepercayaan Katolik juga tetap mengambil peran penting dalam keagamaan pada pelayanan Yesus. (jpg)