Mimpi adalah fenomena alami yang dialami setiap orang saat tidur. Namun, terkadang mimpi tersebut terasa sangat nyata, seolah-olah kita benar-benar mengalami kejadian tersebut. Fenomena ini dikenal dengan istilah vivid dream atau mimpi hidup, yang dapat meninggalkan kesan mendalam pada pikiran dan emosi kita.
Dilansir dari Healthline pada Selasa (27/05), artikel ini akan mengupas penyebab vivid dream terjadi, alasan di balik mengapa mimpi terasa begitu nyata, serta dampak yang dapat ditimbulkan dari mimpi jenis ini bagi kualitas tidur dan kesehatan secara umum.
Apa Itu Vivid Dream dan Kenapa Mimpi Bisa Terasa Sangat Nyata?
Para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami mengapa manusia bermimpi. Namun, satu hal yang mereka yakini adalah mimpi memiliki peran penting dalam proses penyimpanan dan penghapusan memori di otak.
Mimpi yang terjadi selama tidur berfungsi untuk memilah informasi yang penting dan membuang yang tidak diperlukan. Karena itu, meskipun kita tidak selalu ingat mimpi, tidur yang disertai mimpi dapat membuat kita merasa lebih segar saat bangun.
Vivid dream sendiri adalah mimpi yang sangat hidup, bisa positif maupun negatif, dan sering kali terasa sangat realistis. Biasanya, mimpi ini muncul selama fase tidur Rapid Eye Movement (REM), yang terjadi berkala setiap 90 menit dan berlangsung sekitar 20 hingga 25 menit dalam satu siklus tidur. Sekitar 25% dari waktu tidur orang dewasa dihabiskan dalam fase REM, yang memberikan banyak kesempatan untuk mengalami mimpi hidup.
Penyebab Vivid Dream Terjadi
Masalah hidup sehari-hari, seperti tekanan pekerjaan, masalah keluarga, atau perubahan besar dalam hidup, dapat memicu mimpi yang intens dan terasa nyata. Trauma berat, seperti kematian orang terdekat atau kecelakaan, juga meningkatkan risiko mengalami mimpi buruk yang vivid. Kecemasan khususnya dikaitkan dengan peningkatan mimpi yang mengganggu.
Masalah tidur seperti insomnia atau narkolepsi dapat menyebabkan kurang tidur dan meningkatkan frekuensi mimpi hidup. Perubahan jadwal tidur, misalnya akibat perjalanan jauh dengan perbedaan zona waktu, juga dapat memperbesar kemungkinan mengalami vivid dream.
Beberapa jenis obat, seperti antidepresan, beta blocker, obat tekanan darah, obat Parkinson, dan obat berhenti merokok, dilaporkan dapat menyebabkan mimpi menjadi lebih nyata dan intens.
Konsumsi alkohol berlebihan, penggunaan narkoba rekreasional, maupun proses penghentian penggunaan obat-obatan tersebut dapat memicu vivid dream, khususnya mimpi buruk.
Selain stres dan kecemasan, kondisi mental seperti depresi dan skizofrenia juga berhubungan dengan vivid dream. Penyakit fisik berat seperti penyakit jantung dan kanker juga dapat berkontribusi pada fenomena ini.
Perubahan hormon, pola tidur, dan emosi pada masa awal kehamilan sering memicu mimpi yang terasa lebih hidup dan kuat bagi banyak wanita hamil.
Dampak Negatif dari Vivid Dream
Meski vivid dream biasanya tidak berbahaya, mimpi yang sangat nyata dan intens dalam jangka panjang bisa mengganggu kualitas tidur dan kesehatan mental. Beberapa efek samping yang mungkin muncul meliputi:
Kurang tidur akibat mimpi yang mengganggu dapat menurunkan konsentrasi dan daya ingat, yang berdampak pada produktivitas di sekolah atau tempat kerja. Aktivitas sehari-hari seperti mengemudi pun bisa menjadi berbahaya jika teralihkan oleh rasa kantuk berlebihan.
Vivid dream yang negatif bisa menyebabkan kelelahan emosional, bahkan memicu gejala depresi dan kecemasan. Jika mimpi tersebut terjadi terus-menerus, kondisi ini dapat memburuk.
Rasa takut akan mengalami mimpi buruk atau vivid dream yang mengganggu dapat membuat seseorang sengaja atau tidak sadar menghindari tidur, yang justru memperparah masalah kesehatan.
Dalam kasus ekstrem, mimpi yang sangat mengganggu dapat memicu pikiran untuk bunuh diri. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami hal ini, segera cari bantuan profesional, seperti layanan krisis atau hotline pencegahan bunuh diri.
Apakah Vivid Dream Perlu Diobati?
Vivid dream memang tidak selalu menandakan adanya masalah serius. Dalam banyak kasus, mimpi yang terasa sangat nyata akan hilang seiring waktu tanpa perlu pengobatan khusus. Namun, jika mimpi tersebut menimbulkan gangguan emosional, membuat tidur terganggu, atau menyebabkan masalah kesehatan lain, maka penanganan medis atau perubahan gaya hidup bisa menjadi solusi.
Langkah awal yang bisa dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter umum atau spesialis tidur. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan penyebab vivid dream dan menentukan penanganan yang paling sesuai.
Berikut ini beberapa metode penanganan vivid dream yang umum dilakukan:
Jika vivid dream berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik atau mental tertentu, pengobatan terhadap kondisi tersebut dapat membantu mengurangi intensitas mimpi. Umumnya, dokter tidak langsung merekomendasikan penggunaan obat untuk menangani vivid dream. Namun, dalam kasus trauma seperti PTSD, dokter bisa saja meresepkan obat tidur atau obat antikecemasan guna membantu kualitas tidur pasien.
IRT adalah bentuk terapi yang dilakukan bersama tenaga profesional kesehatan mental. Terapi ini mengajak pasien untuk mengingat vivid dream yang mengganggu, kemudian mengubah alur atau akhir mimpi tersebut menjadi versi yang tidak menakutkan. Pasien diminta untuk terus memvisualisasikan versi baru tersebut secara sadar, agar secara bertahap mimpi yang mengganggu bisa berkurang.
Pola hidup sehat secara keseluruhan juga berperan besar dalam mengurangi vivid dream. Mulai dari mengatur pola makan, menjaga berat badan ideal, mencukupi asupan cairan, hingga menerapkan jadwal tidur yang teratur bisa membantu memperbaiki kualitas tidur.
Stres dan kecemasan adalah dua faktor utama pemicu vivid dream. Maka, penting bagi setiap individu untuk menemukan cara paling cocok dalam mengelola stres, seperti:
Meditasi
Teknik pernapasan dalam
Relaksasi atau yoga
Terapi seni
Olahraga
Aktivitas lain yang menenangkan pikiran. (jpc)