PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pengamat Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Palangka Raya, Jhon Retei Alfri Sandi, memberikan analisis mengenai peluang dua pasangan calon (paslon) yang akan bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Palangka Raya.
Dua paslon tersebut adalah Fairid Naparin, calon petahana yang berpasangan dengan Achmad Zaini, serta Rojikinnor yang berpasangan dengan Vina Panduwinata. Menurut Jhon, keduanya memiliki keunggulan masing-masing.
“Fairid sebagai petahana diusung oleh banyak partai politik dan memiliki jejaring yang sudah dibangun selama lima tahun pemerintahannya. Ini menjadi modal utama dalam pencalonannya,” ujarnya, Jumat (4/10).
Jhon juga menambahkan bahwa pasangan Rojikinnor dan Vina menawarkan komposisi keterwakilan yang mungkin menarik bagi segmen pemilih tertentu.
“Namun, saya kira pemilih di Kota Palangka Raya cenderung rasional dalam menentukan pilihan mereka,” katanya.
Ia menegaskan bahwa apa yang telah dilakukan oleh petahana selama menjabat menjadi catatan penting bagi konstituen.
“Tinggal bagaimana masing-masing paslon memperkuat strategi, karena mereka memiliki basis massa sendiri-sendiri. Variasi keterwakilan dari paslon juga mempengaruhi basis massa mereka. Saya yakin, apa yang telah dilakukan oleh partai pengusung dan paslon akan memengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih pemimpin kota untuk lima tahun ke depan,” jelasnya.
Terkait dukungan Mantan Wali Kota Palangka Raya dua periode, Riban Satia, kepada Rojikinnor dan Vina, Jhon menyebutkan bahwa hal itu sangat berpengaruh.
“Melihat kapasitas Riban dalam menggerakkan pendukungnya untuk memberikan dukungan kepada Rojikin, ini bisa jadi modal yang kuat,” ujarnya.
Meski demikian, Jhon menekankan bahwa masing-masing paslon memiliki keunggulan tersendiri.
“Petahana memiliki catatan penting yang secara rasional dapat memengaruhi masyarakat Palangka Raya berdasarkan capaian yang telah dilakukan. Fairid menggantikan Riban, sehingga masyarakat bisa membandingkan capaian keduanya selama menjabat,” terangnya.
Ia juga menggarisbawahi perbedaan antara kontestasi Pilgub Kalteng tahun 2020 dan Pilkada Kota Palangka Raya. Berdasarkan data, paslon Ben Brahim dan Ujang memenangkan suara di Kota Palangka Raya dalam Pilgub 2020.
“Namun, saya menganggap kontestasi kali ini berbeda karena ketertarikan masyarakat dan konfigurasi kontestasinya juga berbeda. Jika masyarakat merasakan perubahan yang signifikan, hasil Pilkada akan berbeda dari Pilgub 2020. Sementara itu, pada Pilkada Kota 2018, Fairid Naparin berhasil memenangkan kontestasi,” pungkasnya. (hfz)