Generasi Z atau sering disingkat menjadi gen Z adalah orang yang lahir sekitar 1997 hingga 2012. Pada saat ini mereka telah memasuki usia SMA, kuliah, bekerja, bahkan menikah.
Mengutip dari laman Fakultas Hukum UNIS, bahwa gen Z disebut dengan “digital native” karena kebiasaan hidup mereka yang sangat bergantung pada teknologi digital menjadikannya sebagai generasi serba instan.
Sehingga keinginan gen Z yang kebutuhannya terpenuhi dengan cepat dan mudah, seringkali menjadi topik pembicaraan menarik di berbagai lingkungan. Mereka dikenal tidak ingin ribet dan selalu mengambil jalan pintas dalam menghadapi masalah.
Melansir dari laman Ripple Match pada (29/10) inilah 5 alasan gen Z mendapatkan stigma negatif di dunia kerja, diantaranya :
Menurut sebuah penelitian pada tahun 2019, gen Z memiliki rentang perhatian sekitar 4-8 detik lebih sedikit dibandingkan generasi milenial. Gen Z tumbuh di masa ketika terdapat begitu banyak informasi yang datang dari berbagai sumber, sehingga mereka cukup pandai dalam meredam kebisingan.
Hal ini juga disebabkan karena gen Z tumbuh dalam lanskap media sosial yang ditentukan oleh batasan karakter, sehingga mudah berasumsi bahwa mempertahankan perhatian gen Z akan semakin sulit.
Pada saat tertentu, Gen Z dapat mendengarkan album baru, menelusuri feed sosial mereka, dan melakukan banyak percakapan pada saat yang bersamaan. Menurut laporan Sparks & Honey, anggota Gen Z melakukan banyak tugas di lima layar berbeda setiap hari di smartphone mereka.
Meskipun perpecahan fokus dapat menimbulkan konsekuensi seperti kelelahan atau peningkatan tingkat stres. Meskipun dampak positifnya bisa berkembang dalam lingkungan yang “kacau”, tapi bekerja multitasking sulit mendapatkan hasil maksimal.
Gen Z terkenal sebagai generasi pertama yang tidak dapat mengingat dengan jelas masa sebelum adanya internet, mereka ini ditentukan oleh penggunaan perangkat pintar yang terus-menerus, kecintaan terhadap media sosial, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan digital.
Lebih dari 60% waktu mereka dihabiskan secara online, oleh karena itu sulit bagi mereka untuk bisa interaksi secara tatap muka.
Mirip dengan generasi milenial, gen Z memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap branding yang berinteraksi dengan mereka seperti pemerintah dan perusahaan tempatnya bekerja.
Hal ini menunjukkan bahwa gen Z mempunyai keyakinan yang kuat dan akan mengutamakan suara, waktu, dan uang mereka. Organisasi yang ingin terlibat dengan gen Z harus bersedia bekerja secara etis dan lebih fokus pada tanggung jawab sosial untuk menunjukkan bahwa mereka mampu memenuhi harapan generasi tersebut.
Hidup di dunia yang serba cepat dan terus berubah, tidak mengherankan jika gen Z memiliki kecenderungan untuk bergerak cepat dan hal ini tentunya juga berlaku di dunia kerja.
Menurut data RippleMatch, sebagian besar kandidat gen Z memperkirakan akan dipromosikan dalam waktu satu tahun atau kurang (yang mencakup 78,1% kandidat magang dan 72,2% kandidat penuh waktu), sementara hanya 2% dari semua kandidat mengharapkan dua dan satu tahun promosi.(jpc)