Kisah Dani, Street Photographer: Sempat Jual Peralatan untuk Modal Nikah

- Advertisement -

Duduk dengan membawa kamera sambil membidik para pelari menjadi keseharian para street photographer atau juru foto jalanan di Banjarbaru. Siapa sangka, aktivitas ini bisa menghasilkan cuan.

*****
Sore hari di kawasan Gubernuran Kalimantan Selatan, lalu lalang para pelari jadi pemandangan rutin. Di antara hentakan sepatu di aspal, ada sosok yang tak ikut berlari, namun tetap sibuk membidik.

Duduk di kursi lipatnya, Muhammad Rahmadani tampak serius memotret satu per satu pelari yang melintas di hadapannya.

Di sebelahnya, tergantung papan nama di sebuah tas bertuliskan “Cek/Tebus Foto” lengkap dengan username Instagram @dan_motret dan nomor WhatsApp. “Bisa dibilang profesi saya ini street photographer,” ujar Dani (sapaannya) sambil tersenyum.

Lelaki asal Palam, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru ini mulai menekuni street photography sejak awal 2023. “Awalnya teman-teman pelari sendiri yang nyaranin. Katanya, kenapa enggak difoto aja? Banyak juga yang ingin punya dokumentasi lari mereka,” ceritanya.

Sejak itu, Dani mulai rutin nongkrong di spot-spot lari ramai, seperti di kawasan Gubernuran dan Lapangan Murjani. Berbekal kamera Canon 600D, hasil dari arisan di kampung, dirinya kembali menekuni dunia fotografi yang sempat ia tinggalkan.

Dulunya, Dani memang hobi fotografi sejak SMP. Uang tabungan ia belikan kamera Canon 550D, yang kemudian direntalkan. Dari situ, perlahan ia menambah gear hingga sempat merintis usaha rental kamera dan menerima job wisuda serta wedding.

Namun semua peralatan sempat ia jual demi menikah pada 2019. “Kerja serabutan sempat saya jalani, dari toko bangunan sampai perusahaan plywood,” ujarnya.

Titik baliknya terjadi akhir 2022. Dorongan sang istri jadi penyemangat. “Istri bilang, kenapa hobi dan skill di foto enggak dimanfaatin lagi aja? Akhirnya saya balik lagi ke dunia foto,” ucap bapak dua anak ini.

Dani pun mulai gratisan. Ia foto pelari, lalu membagikan link download secara cuma-cuma di komunitas pelari gubernuran. “Kadang ada yang kasih uang kopi. Saya cantumkan juga nomor rekening,” ungkapnya.

Setelah beberapa bulan, komunitas mendukung penuh ketika Dani mulai membuka sistem tebus foto. “Dari awal Rp5.000, sekarang Rp10.000 per foto. Kalau event bisa Rp15.000,” bebernya. (jpg)

 

- Advertisement -
RELATED ARTICLES
- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments