PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Lomba lukis ornamen telawang menjadi salah satu rangkaian agenda Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025 yang mendapatkan perhatian dari pengunjung.
Pelaksanaan lomba digelar di Museum Balanga, Kota Palangka Raya, Rabu (21/5/2025) itu, diikuti oleh para seniman dari berbagai kabupaten di Kalimantan Tengah.
Lomba ini bertujuan tak lain untuk melestarikan budaya Dayak melalui seni lukis. Khususnya di media telawang, yaitu perisai tradisional khas masyarakat Dayak.
Selain sebagai alat perang, telawang memiliki makna filosofis yang dalam dan menjadi simbol perlindungan serta keberanian. Melalui lomba ini, para peserta tidak hanya menampilkan keterampilan melukis, tetapi juga menggambarkan makna budaya yang terkandung dalam ornamen-ornamen yang mereka ciptakan.
Salah satu peserta, Hengky Kristiawan Lalini dari Kabupaten Katingan, menampilkan karya telawang dengan judul Talawang Kambe. Ia menjelaskan bahwa telawang bukan hanya sebagai alat pertahanan, tetapi juga memiliki fungsi menyerang.
“Telawang ini kami sebut sebagai alat pelindung. Selain mandau dan tombak, telawang juga digunakan dalam peperangan. Fungsinya bukan hanya menangkis, tapi juga menyerang,” ujarnya saat dibincangi di sela lomba, Rabu (21/5/2025).
Dalam karyanya, Hengky mengangkat figur burung hantu sebagai ornamen utama. Burung hantu dalam kepercayaan masyarakat Dayak melambangkan kewaspadaan terhadap hal-hal mistis dan kekuatan gaib.
“Saya beri nama Telawang Kambe, karena ornamen ini menggambarkan burung hantu. Dalam budaya kami, melihat sesuatu yang mistis bisa menimbulkan rasa takut. Filosofi ini yang ingin saya angkat,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa telawang yang memiliki ornamen menyeramkan sering kali menjadi alat psikologis dalam peperangan.
“Dulu, sebelum perang dimulai, musuh bisa merasa gentar hanya dengan melihat telawang yang penuh ukiran menyeramkan. Itu menunjukkan bahwa telawang juga berperan sebagai simbol kekuatan dan keberanian,”ujarnya. (ndo/hnd)