/1/
seperti terimbau
bisik-bisik jalar akar
setelah tidur panjang
kulup segera tegak
dari rebah paling malas
menengok hari berjalan
kayu-kayu patah
kemarau datang lalu pergi
hingga akhirnya kulup sadar
semua bermaksud padanya
/2/
segera dibantingnya badan
ke angin geletar
ditengoknya nasib sajak
tulis tangan
seperti benang kusut
dan dikatakannya pada diri sendiri:
sudah saatnya melawan tajam lidah
/3/
tapi kulup (masih) buah mengkal
kulup tumpul dan dangkal
/4/
setelah seratus hari hujan panas
lidah hantu
kakinya melangkah
ke semak lumpur bukit bulan
kulup temukan seribu pantun
yang diseretnya kepada tebu kering
bekas bajakan sekawanan ngengat
/5/
sejak pantun mulai lawan-berlawan
hingga selesai
kulup gelisah
tak tahu siapa dirinya
siapa pula tebu kering si pilihan
dan sesuatu malu
lebih dari sekadar sajak tulis tangan
disembunyikannya
/6/
sore hari
di beranda tebu kering
terbayang malam datang
dan langit mulai sepi
dua tubuh terbang tinggi
dibawa daun salam
duduk di awan
/7/
nenek-mamak pemantun
bersila
merokok tenang
menunggu-nunggu suara
/8/
si tebu kering menengok ke bawah
dan kulup menengok ke atas
/9/
’’ada apa di bawah?”
’’tak ada. di atas?”
’’ada tudung saji, seikat bayam,
kandang ayam, penanak nasi.’’
dan banyak lagi
tertutup kabut
/10/
jantung kulup mau lepas
malam makin sepi
/11/
si tebu kering menengok ke atas
kulup menengok ke bawah
/12/
’’ada apa di atas?’’
’’kerantun kuda tak bernyawa. di bawah?’’
/13/
kulup tak menjawab
dia cemas serta ngilu
tergetar lemas
/14/
nenek-mamak tertawa
dan serentak naik daun salam
menengok ke kiri kanan
siapa bersembunyi?
lalu bertanya
’’kenapa kulup kerantun kuda?’’
/15/
kulup tunduk mendengar tawa
’’ampun,’’ igaunya.
2022
—
BERI HANNA
Lahir di Bangko. Bergiat di Teater Tilik Sarira dan Kamar Kata Karanganyar.