Kisah Seekor Belalang

- Advertisement -

DIKISAHKAN seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari, ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan, mengapa belalang itu dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya. Dengan penasaran, ia menghampiri belalang itu dan bertanya, “Mengapa kamu bias melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari segi usia maupun bentuk tubuh?”.

Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, “Dimanakah kamu selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bias melakukan yang seperti aku lakukan”.

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Sebagai manusia, tanpa kita sadari, kita juga merasakan apa yang dialami oleh belalang. Terkurung dalam lingkungan yang buruk, trauma masa lalu, kegagalan demi kegagalan yang menghantam, dan juga Pendidikan yang tidak dinamis.

Hal tersebut membuat kita berfokus pada hal-hal buruk yang ada disekitar, tanpa menyadari hal baik, dan potensi apa yang bias kita kembangkan dan melompat jauh lebih tinggi. Begitu juga dengan Pendidikan yang kita dan anak-anak kita terima.

Albert Enstein pernah bilang, kalua kita menilai ikan dari cara dia memanjat pohon, maka ikan itu akan merasa bodoh seumur hidupnya. Artinya, setiap orang memiliki potensi yang berbeda. Namun, dengan adanya kotak disekeliling kita, potensi tersebut akan sangat sulit untuk dilihat dan berkembang sebagaimana seharusnya.

Seorang peserta didik di sekolah saya memiliki minat dan bakat yang baik dalam menggambar. Namun orangtuanya menganggap hal tersebut adalah sia-sia. Peserta didik tetap dituntut untuk berfokus pada mata pelajaran formal seperti matematika dan IPA. Padahal, seorang pelukis belum tentu membutuhkan rumus pitagoras dalam karirnya. Seorang penyanyi tidak harus hafal sistem periodik unsur. Dan begitu juga seorang ilmuan yang tidak harus bisa menari atau menyanyi.

Tanpa sadar, kotak yang diciptakan oleh lingkungan dan diri kita sendiri telah mengurung potensi yang begitu kuat ada dalam diri kita dan anak-anak. Maka dengan demikian, perlu adanya kesadaran diri untuk segera keluar dari kotak tersebut.

Penulis adalah Suci Khairida Putri

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments