PROKALTENG.CO – Pebisnis sekaligus pakar hubungan masyarakat Indonesia, Prita Kemal Gani meluncurkan sebuah buku biografi dan kiat-kiat kehumasan yang baik. Dalam bukunya, wanita yang juga dikenal sebagai pendiri kampus London School of Public Relations (LSPR) itu memaparkan langkah-langkah untuk menjadi seorang humas atau PR yang andal.
“Public Relations adalah tentang bagaimana kita memenangkan pikiran orang. Jika itu sudah tercapai, selanjutnya kita akan memenangkan hati orang. Maka kemudian, kepercayaan pun akan terbangun,” kata Prita dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (1/12).
Buku itu sendiri berjudul ‘Prita Kemal Gani, 30 Tahun Sebagai Pendidik. Multi Peran Menjadi Pemimpin, Tokoh Humas, Istri, dan Ibu‘ yang ditulis oleh Asteria Elanda. Memiliki tebal 184 halaman, Prita juga membagikan pengalaman hidupnya dalam 10 episode. Mulai dari ia merintis LSPR dari nol, sebelum akhirnya meluluskan hampir seratus ribu tenaga terampil di bidang kehumasan, komunikasi, dan bisnis.
“Sejak kecil saya mengagumi sosok seorang guru. Kehadirannya ditunggu, suaranya didengarkan, dan sosoknya dimuliakan. Seorang guru tampil hebat, karena memiliki jawaban dari semua pertanyaan murid-murid di hadapannya,” ucap Prita.
Mimpi tersebut terus ia simpan dalam hati hingga ia beranjak dewasa. Prita mengibaratkan mendirikan LSPR seperti membangun sebuah rumah tangga.
“Saya selalu yang terdepan memperjuangkan pegawai. Tak jarang saya menjual perhiasan untuk membayar gaji dosen. Semua kami lakukan bersama-sama, hasilnya kami nikmati bersama,” lanjut Prita.
“Mungkin bekerja sebagai pendidik jumlah penghasilannya tidak berlebihan, namun kami memiliki kebahagiaan yang tak bisa dibeli dengan uang,” sambung Prita.
Dengan rendah hati, Prita berharap semoga biografi ini menjadi manfaat bagi masyarakat.
“Kami siap masuk ke ruang lingkup dunia, menjadi masyarakat dunia yang saling terhubung dalam semua aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, teknologi, maupun lingkungan,” kata Prita.
“Di era global persaingan akan berasal dari negara-negara lain, maka saya siapkan tim pengajar dan mahasiswa LSPR untuk giat belajar dan mengembangkan diri, dengan berkomitmen pada kearifan lokal. Nilai-nilai kebudayaan Indonesia tidak akan direduksi oleh globalisasi,” katanya lagi.