Konten dari halaman ini Mengenal Permainan Logo dan Cara Mainnya - Prokalteng

Mengenal Permainan Logo dan Cara Mainnya

- Advertisement -

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki banyak permainan tradisional, yang berasal dari berbagai daerah dan Suku yang mendiami Bumi Tambun Bungai (sebutan Kalteng, Red). Salah satunya, adalah permainan tradisional Balogo yang merupakan permainan paling hits digemari oleh suku Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya.

Balogo yaitu permainan diambil dari kata “logo”, sebuah keterampilan memainkan logo agar bisa merobohkan logo lawan yang dipasang. Logo terbuat dari tempurung kelapa, dan direkatkan dengan bahan aspal atau dempul, supaya berat dan kuat ukurannya sekitar 5-7 centimeter, dengan tebal 1-2 centimeter. Dengan bentuk bermacam-macam bisa seperti segitiga, layang-layang, daun, dan bundar.

Saat bermain Balogo, pemain harus dibantu dengan sebuah alat yang disebut dengan panapak (stik) sebuah alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 centimeter dengan lebar 2 centimeter. Fungsinya, untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan merobohkan logo pihak lawan saat bermain.

“Permainan Balogo, kerap kali ditandingkan pada saat acara festival kesenian dan kebudayaan, terutama di wilayah Kota Palangka Raya dan sekitarnya. Untuk menjaga eksistensi salah satu permainan tradisional yang kita miliki,” ucap Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora), Murni Pelita, baru-baru ini.

Lanjut Murni, untuk jumlah pemain satu tim minimal 2 orang dan maksimal 5 orang. Cara memasang logo didirikan berderet ke belakang, pada garis melintang.

Ketentuannya, agar regu yang paling banyak dapat merobohkan logo lawan, itulah yang menjadi pemenangnya. Makna dari permainan Balogo ini, untuk menyenangkan dan bisa menjadi warisan budaya, mengandung mitos sekaligus filosofi yang luhur. Terhadap tradisi permainan, yang diwariskan oleh nenek moyang suku Dayak Kalimantan Tengah.

“Permainan Balogo dipercaya sebagai mengukur tingkat kesuburan atau keberuntungan kehidupan masyarakat suku Dayak. Terutama, pada saat melaksanakan tradisi yakni masa panen padi dan upacara tiwah. Misalnya, untuk mengukur rezeki dan keberuntungan setelah upacara tiwah masyarakat kemudian memainkan Balogo,”bebernya. (pri/rin)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments