Wujud Keris dalam Pameran Seni Rupa

- Advertisement -

Keris mendapat citra sebagai sesuatu yang wingit atau berkaitan dengan mistis. Lewat pameran seni rupa, stigma itu berusaha disisihkan dulu. Pameran membawa pesan bahwa ada banyak aspek menarik untuk dikaji dan diselami dalam keris.

KOMUNITAS Keris Lar Gangsir menghelat pameran visual keris dalam gambar di Grha Keris, Jogjakarta, bulan lalu. Dalam pameran tersebut, 19 perupa ambil bagian. Di antaranya, Alex Luthfi, Suwarno Wisetrotomo, Anusapati, Pramono Pinunggul, Subandi Giyanto, Timbul Waluyo, dan Yose Sulawu.

Anusapati, perupa cum kurator, menjelaskan bahwa kebetulan banyak anggota Komunitas Lar Gangsir yang memiliki basis sebagai perupa. Lewat jalan seni rupa, dilakukanlah upaya menepis anggapan kalau keris melulu soal mistis.

Anusapati melihat keris sebagai salah satu karya seni rupa masa lalu. Setiap keris tidak hanya mengandung keindahan bentuk dan ornamen, tetapi juga memiliki banyak simbol yang ingin disampaikan para leluhur. Dan, sampai sekarang banyak informasi yang dapat terus digali dari keris.

Wild Horses Kyia Jagger karya Toni Yunus menjadi salah satu karya yang menarik dalam pameran di Grha Keris, Jogja, bulan lalu. (GUNTUR AGA TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)

”Bentuk keris itu digunakan untuk menyampaikan berbagai hal. Keris ini memuat banyak simbol untuk menyampaikan konsep filosofis nenek moyang kita pada masa lalu,” jelas Anusapati.

Salah satu cara perupa menafsirkan apa yang dilihat dan diketahui dari keris adalah mentransformasikannya ke dalam kanvas. Para perupa menggunakan perspektif berbeda dari keris. Ada yang melihat dari sisi historis, ada juga yang melihat dari segi filosofis, hingga sisi alam semestanya. Semua perupa yang tergabung bebas menafsirkan keris sesuai dengan selera masing-masing.

Misalnya, dalam karya Wild Horses Kyai Jagger. Perupa Toni Yunus menggambar seekor kuda hitam dan sebilah keris di bawahnya. Namun, bagian hulu keris tersebut bukanlah ukiran sebagaimana umumnya dijumpai. Melainkan sosok vokalis band legendaris The Rolling Stones Mick Jagger. Sebagai catatan, Wild Horses adalah salah satu hit band 61 tahun tersebut pada album Sticky Fingers (1971).

”Di dalam seni rupa, keris itu perwujudan konsep-konsep estetis yang dimiliki nenek moyang kita. Yang berkembang dari masa ke masa. Sekarang ini kita juga harus mengembangkan. Tradisi, kalau berhenti, akan mati kan,” ujar Anusapati.

Anusapati berharap, lewat pesan dalam kanvas, makna akan lebih mudah diterima. Dan, langkah mendekatkan keris kepada generasi muda bisa tercapai. ”Pameran ini bisa menghilangkan yang berjarak antara generasi dulu dan sekarang,” tuturnya.

Sementara itu, Suwarno Wisetrotomo, salah seorang perupa peserta pameran, menyatakan bahwa keris menjadi metafora atas peran, kuasa, dan marwah manusia pemiliknya. Karya Suwarno bertajuk Junjung Drajat menggambarkan sebilah keris dengan percabangan sulur yang menjembatani langit dengan bumi.

”Junjung Drajat, seperti namanya, menempatkan manusia sebagai wakil Tuhan di bumi dengan maqom/derajatnya yang tinggi. Memuliakan semesta (bumi dan langit) dengan laku kebudayaannya,” papar pria yang juga kurator Galeri Nasional Indonesia dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja tersebut. (lan/c14/dra/jpc/hnd)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments