Konten dari halaman ini Mengajak Anak Memahami Literasi Keuangan Sejak Usia Dini

Mengajak Anak Memahami Literasi Keuangan Sejak Usia Dini

- Advertisement -

Mulai banyak orang tua yang memberikan edukasi finansial, bagi anak mereka sejak dini. Mengajak anak memahami literasi keuangan sejak usia dini sangat penting. Hal itu karena dapat membentuk perilaku dan kebiasaan keuangan anak ketika memasuki usia dewasa.

Hal yang perlu di tanamkan sejak anak masih usia dini. Bahwa literasi keuangan adalah essential life skill. Dan, perlu dimiliki karena dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Baik dari mulai bangun tidur. Sampai kembali ke kamar tidur, tidak terlepas dari transaksi keuangan.

Menurutnya, di zaman serba modern ini, mengajarkan kesadaran keuangan bagi anak tidaklah mudah. Jadi, menurutnya. Hal yang harus dilakukan oleh orang tua adalah mengajarkan anak. Mengenai skala prioritas. Caca menyebut. Dirinya biasa menjelaskan mana barang yang sekiranya berguna dan menjadi prioritas untuk dibeli terlebih dahulu dan mana yang tidak. “Lambat laun, anak akan memahami dasar dari literasi finansial yaitu bisa membedakan kebutuhan dan keinginan,” lanjut Caca.

Psikolog berusia 34 tahun ini menekankan bahwa ilmu parenting itu tidak ada yang one size fits all, karena harus melihat kebutuhan dan perbedaan dari setiap anak. Sehingga, peran orang tua di sini adalah memahami keunikan dan karakteristik dari anaknya sendiri. Bagi Caca. Ia selalu berupaya untuk menerapkan kesadaran kepada dirinya sendiri. Terlebih dahulu sebelum ke anaknya. Ini penting, agar orang tua lebih mudah menanamkan kesadaran kepada anaknya.

“Karena kita itu tidak bisa mengatur anak itu bakal paham atau tidak omongan kita. Yang bisa kita kelola adalah komunikasi kita, dari orang tua ke anak. Harus koneksi dulu, baru koreksi,” tegasnya.

Dari situ, anak dapat memahami apa yang dia alami atau rasakan secara penuh. Dengan memberikan validasi, orang tua dapat melakukan koneksi terhadap anaknya karena orang tua berusaha melihat sesuatu dari sudut pandang anak. Namun memang, memberikan validasi bukan berarti mengiyakan semua kemauan anak tersebut.

Peran orang tua tetap harus bisa memberikan batasan. Di sinilah ketika anak sudah merasa terkoneksi, orang tua harus bisa memberikan koreksi atas perbuatan anak. Caca Tengker selalu menerapkan koneksi terlebih dahulu baru mengoreksi.

“Apalagi dengan adanya media sosial, anak-anak semakin besar kemungkinannya untuk membanding-bandingkan apa yang ia punya dengan milik orang lain. Di sini pentingnya menanamkan kepada anak untuk belajar tidak membandingkan diri dengan orang lain, mensyukuri apa yang sudah kita punyai,” ujarnya.

Apabila memang orang tua ingin mengarahkan agar anak tidak boros ketika berbelanja di mall atau ketika “lapar mata” melihat konten di internet, orang tua harus bisa memberikan contoh dengan tidak belanja secara impulsif. Dengan mengenalkan habit finansial kepada anaknya, Caca menegaskan hal ini akan mempengaruhi sifat dan tingkah laku anak-anaknya ketika dewasa kelak. (jpc/ind)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments