Dramatisasi Ketaatan Beragama

- Advertisement -

PROKALTENG.CO – Banyak cara yang dilakukan orang untuk memperkenalkan dan mengunggulkan diri, tentu untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Namun ada suatu sifat yang kelihatannya baik tetapi dilarang Al-Qur’an dan hadis.

Sifat itu bukan hanya tidak baik untuk dalam dunia diplomasi publik tetapi di mata Allah SWT dan masyarakat pun tidak terpuji bahkan dilarang. Sifat tersebut ialah mendramatisasi ketaatan dalam berbibadah.

Banyak sekali orang ingin dipuji orang lain dengan cara memperkenalkan diri sebagai ahli ibadah atau selalu menjauhkan diri dari yang dilarang Tuhan atau agama, namun sesungguhnya ungkapan itu dimaksudkan untuk memperkenalkan kekhususan dan keutamaan dirinya.

Sifat seperti ini di mata Allah dan Rasulnya tidak baik tentu di mata masyarakat pun sesungguhnya juga tidak baik.

Suatu ketika Rasulullah didatangi seorang sahabat Nabi dengan mengatakan, Alhamdulillah saya sudah lama tidak lagi makan siang. Rasulullah bertanya kenapa? Maka ia menjawab karena berpuasa sepanjang hari. Rasulullah bukannya memberikan apresiasi positif, tetapi marah dengan mengatakan, aku Nabi, tetapi masih memberi hak terhadap anggota badan untuk makan.

Dalam hadis lain Rasulullah meminta sahabat-sahabatnya cukup dengan puasa Dawud atau puasa Senin-Kamis.

Tidak lama kemudian datang lagi seorang sahabat kepadanya dan menyampaikan kepada Rasulullah bahwa alhamdulillah, sudah lama saya tidak tidur malam. Rasulullah bertanya kenapa? Sahabat itu menjawab, malam-malam aku gunakan shalat sepanjaang malam. Rasulullah menjawab dengan agak kesal dengan mengatakan, saya ini Nabi tetapi tetap memberikan hak-hak badan saya untuk tidur. (*)

(Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. adalah Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments