Bersyukur, Berkat Uhat Kayu Bisa Menopang Hidup Bersama 7 Anak

- Advertisement -

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Rumah Produksi Berkat Uhat Kayu, menjadi penopang Heni Wijiastuti (56), untuk memenuhi kebutuhannya beserta 7 anaknya di tengah kondisi suami yang tak bisa bekerja untuk menghasilkan uang. Berkat Uhat Kayu merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang bergerak di produk herbal, makan, dan minuman.

BACA JUGA : Gubernur Dukung Pemberdayaan UMKM Kalteng Go Digital

Berbagai produk herbal  dari Berkat Uhat Kayu yakni Teh Bajakah, Teh Bawang Dayak, dan  11 varian rajangan. Selain itu, Berkat Uhat Kayu Makanan dan Minuman juga dijual yakni Jahe Instan, Jahe Telang Instan, Manisan Jahe, dan Kopi Pangkoh (Kopang). Kemudian produk dari pakis atau kelakai juga dijual. Yakni kripik kelakai, stik kelakai, akar pinang kelakai, risoles kelakai, dan es kopyor kelakai.

Heni menceritakan kondisi suami sudah hampir 12 tahun tak bisa bekerja karena memiliki kondisi kekurangan fisik di tangannya yang terkena air panas. Sehingga dengan kondisi tersebut, dirinya terpaksa jadi penopang hidup bagi keluarga.

“Karena 2014 saya bikin Berkat Uhat Kayu itu ada makna sendiri, rasa bersyukur karena ini bisa menyambung hidup saya,” ungkap Heni, saat dibincangi prokalteng.co di Rumah Produksi miliknya Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kamis (18/5).

Untuk pemasaran produk, sambung Ibu yang memiliki 7 anak ini, pemasaran dilakukan di retail modern. Selain itu, juga dipasarkan secara langsung melalui daring.

“Untuk pemasaran walaupun tidak sampai 90 persen tetapi sudah mulai berjalan 60 sampai 70 persen. Bahkan untuk di retail modern sudah saya bawa ke sampit hypermart, swalayan, toko oleh-oleh. Di sini kami bergabung di pemasaran yang dibikin pemerintah, seperti Dekranasda, ada juga melalui online ada beberapa stakeholder membantu produk kami,” tambahnya.

Pemasaran lewat daring akun whatsapp, diakui Heni, didapat melalui bantuan dari dinas terkait yang diikutsertakan saat ada kegiatan-kegiatan di luar daerah. Sehingga kota yang pernah didatanginya menjadi pembeli hingga menjadi reseller.

Ia sendiri sudah membentuk kelompok yang membantu mengurus produksi kelakai. Anggotanya 12 orang. 5 Diantaranya yang menjadi karyawan Berkat Uhat Kayu. “Pemasaran yang lain ada gabungan di shoppe di toko shoppe Bahalap, lenterakalteng brand kami, itu juga online ada yang memang akun tersebut. Kalau media sosial facebook masing-masing anggota makai, jadi nanti kalau ada orderan mereka semua bergabung di satu produksi, anggota kelakai semua yang memakai. Semua gotong royong,” jelasnya.

Penghasilan dari rumah produksi sendiri, sambung Heni berkisar Rp 24 juta sebulannya. Dalam momentum hari-hari besar seperti lebaran, natal, dan kegiatan pameran, penghasilannya bisa mencapai Rp35 juta – Rp36 juta dalam sebulan.

“Saya pertama kali pinjam pada tahun 2016 sebesar Rp50 juta pokoknya tahun 2018 langsung mengambil 1 tahun. Selesai itu, langusng naik ke Rp100 juta selama. 2 tahun baru ini Rp150 juta mengambil pinjaman BRI, bulan April 2023. Dan ini sudah yang ketiga kalinya,” ujarnya.

Dari program pinjaman dari BRI, ia bisa terbantu dengan pengembangan produk. Produk yang dijualkan. Diakui Heni sudah, mencapai luar pulau Kalimantan. Diantaranya di wilayah Cianjur, hampir keseluruhan di Pulau Sumatra dan hampir keseluruhan di Pulau Jawa. Bahkan sudah pernah menyentuh ke luar negeri, tepatnya di Kazakhstan pada tahun lalu. Meskipun diekspor hanya sedikit.

“Anak saya banyak 7 orang. Saya gak mempunyai pekerjaan lain. Ini usaha satu satunya. Anak saya bisa sekolah dan kuliah, ada yang SMP ada yang kuliah dan ada yang lulus kuliah. Saya bersyukur usaha saya ini bisa membantu saya,” ucapnya. (hfz)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments