Konten dari halaman ini Urgensi Penguatan Literasi bagi Pramuka

Urgensi Penguatan Literasi bagi Pramuka

- Advertisement -

GERAKAN Pramuka (GP) sudah saatnya mengambil peran strategis untuk mengatasi persoalan bangsa, utamanya terhadap rendahnya budaya literasi. Menurut catatan UNESCO (2012), index of reading bangsa Indonesia tercatat hanya 0,001. Artinya, setiap 1.000 orang Indonesia yang benar-benar suka membaca hanya 1 orang. Sungguh memprihatinkan!

Rendahnya budaya baca tentu berpengaruh pada budaya menulis. Data yang dirilis Scimago (2016), salah satu portal yang menghitung data penelitian berdasar publikasi ilmiah yang terekam di basis data Scopus, menginfokan dalam kurun waktu 1996–2004, ada 32.355 publikasi ilmiah Indonesia yang dihasilkan. Dengan publikasi itu, Indonesia berada di peringkat 57 dari total 239 negara yang terdaftar di Scimago.

Publikasi Indonesia itu tertinggal jauh dengan Thailand (peringkat 43 dengan 109.832 publikasi), Malaysia (peringkat 36 dengan 153.378 publikasi), dan Singapura (peringkat 32 dengan 192.942 publikasi).

Fakta itu tampak lebih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang berada di peringkat 1 dunia dengan 8.626.193 publikasi. Padahal, tingginya budaya baca-tulis diyakini merupakan penentu terhadap kemajuan peradaban suatu bangsa.

Membuang Mental Block Menulis

Saat mengikuti Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Dasar sekitar tiga tahun lalu, saya diminta menjadi fasilitator peserta untuk menulis dan menerbitkan buku. Peserta yang terdiri atas pembina Pramuka di Gugus Depan (Gudep) dan/atau andalan Kwarcab (Kwartir Cabang) Gerakan Pramuka kabupaten/kota itu rata-rata merupakan pembina Pramuka yang kreatif.

Mereka punya banyak ide, acap menciptakan hasta karya, dan melahirkan hal-hal baru yang orisinal. Sayang, hal-hal inovatif itu belum terbiasa untuk ditulis dan dibukukan.

Untuk menstimulasi peserta kursus itu, saya buka dengan materi ’’Mental Block dan Kredo Menulis’’. Materi tersebut pada dasarnya memberi penguatan kepada peserta kursus bahwa menulis itu tidak sesulit yang dibayangkan. Ibarat mau berjalan, jangan takut dengan ’’bayang-bayang sendiri’’. Mental block itu harus dibuka. Dibuang jauh-jauh agar tidak menjadi beban psikologis yang memberatkan diri sendiri.

Menulis adalah keterampilan, bagian dari kreativitas. Menurut Dyers J.H. (2011), dalam artikel Innovator’s DNA yang diterbitkan di Harvard Business Review,kemampuan kreativitas itu 2/3 bisa dikembangkan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Berbeda dengan kemampuan kecerdasan yang hanya 1/3 saja yang dapat ditumbuhkan, karena kecerdasan itu berasal dari faktor genetik.

Agar menulis menjadi mudah dan tidak membebani, ada tips atau trik yang aplikatif (kredo menulis) dengan akronim Mi-Kua De-PLAR. Apa maksud akronim itu? Pertama, tulislah apa yang Anda Minati. Menulis hal yang tidak disukai itu tidak akan menciptakan kegembiraan, tetapi justru menjadi beban bahkan kebosanan. Apa pun rintangan dan kendala yang terjadi, karena berminat dan senang, pasti ada kemauan untuk mengatasinya.

Kedua, tulislah apa yang Anda Kuasai. Menulis akan bisa dilakukan dengan detail dan komprehensif karena menguasainya. Pembaca akan menilai, bahwa kita sebagai penulis, expert atau ahli di bidang itu karena tulisan yang dihasilkan narasinya luas, dalam, dan mencerahkan.

Ketiga, tulislah apa yang Anda Dengarkan. Ini banyak dilakukan oleh persona yang memiliki gaya belajar auditori. Teramat sayang jika banyak hal yang didengar itu hanya menjadi milik diri pribadi. Kenapa tidak ditulis, agar bisa pula ’’didengar’’ (dibaca) orang lain.

Keempat, tulislah apa yang Anda Pikirkan. Dalam setiap waktu, setiap orang pasti memikirkan sesuatu. Kenapa tidak dituangkan dalam bentuk tulisan agar orang lain juga tahu apa yang dipikirkan?

Kelima, tulislah apa yang Anda telah Lakukan. Menulis terhadap apa yang dilakukan tentu akan menjadi lebih mudah. Kredo ini sekaligus dapat mengatasi kebiasaan tidak baik. Yakni, ’’menulis terhadap apa yang tidak dilakukan dan melakukan terhadap apa yang tidak ditulis’’.

Keenam, tulislah apa yang Anda Amati. Setiap saat, mulai keluar rumah menuju kantor atau tempat tujuan, pastilah kita mengamati banyak kejadian. Kejadian itu ada yang sempurna, ganjil, unik, bahkan aneh atau case lainnya. Siapa tahu dengan tulisan itu, pembaca akan termotivasi, tercerahkan, bahkan terinspirasi.

Ketujuh, tulislah apa yang Anda Rasakan. Bagi penulis fiksi macam puisi, cerpen, novel, atau sejenisnya maupun penulis features, kekuatan intuisi, kepekaan rasa dengan paduan imajinasi, biasanya akan menghasilkan tulisan yang dapat menyentuh kalbu. Human interest dapat menyentuh sisi-sisi kemanusiaan.

Setelah itu, peserta kursus menulis pengalaman bermakna yang pernah dilakukan selama menjadi pembina Pramuka atau menulis hal unik dan menarik saat mengikuti kursus tersebut. Melalui proses editing, akhirnya kumpulan tulisan itu diterbitkan dalam buku antologi berjudul Menjadi Pelatih dan Penulis Andal (CV Media Ilmu, 2020).

Gerakan Pramuka yang memiliki kader atau generasi praja muda karana dalam jumlah sangat besar dengan pembina, pelatih, pamong, dan instruktur yang inovatif dan kreatif teramat sayang jika tidak dibiasakan untuk menulis apa yang dilakukan dan dibukukan (dalam bentuk cetak/digital). Tidakkah ’’Verba Volant, Scripta Manent’’, sebagaimana pesan Kaisar Titus (9-79 M) di hadapan Senat Romawi? Jadi, ’’segala yang terucap akan menguap, semua yang tertulis akan tetap ada’’. Bukankah begitu. (*)

 

*) Ng. TIRTO ADI MP, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan & Wakabinamuda Gerakan Pramuka Kwarcab Sidoarjo, Penulis 32 Buku Solo/Antologi

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments