Mengenang Arahan Cak Nur

- Advertisement -

TERUS terang saya tak kunjung henti gagal paham tentang konon
rentetan bom bunuh diri di Srilanka merupakan balas dendam terhadap penembakan
massal di masjid di Selandia Baru yang dilakukan oleh manusia tidak jelas kewarasan
pikirannya itu. Angkara murka balas dendam itu menggugah kenangan saya kepada
arahan almarhum Cak Nur.

Arahan

Saya pertama kali jumpa Prof. Dr.
Nurcholis Madjid pada acara makan siang bersama Pangeran Charles di Hotel
Borobudur, Jakarta dalam rangka kunjungan sang Putera Mahkota Kerajaan Inggeris
ke Indonesia pada belahan akhir 1989.

Sejak perjumpaan itu, saya
berupaya menimba pelajaran tentang Islam dari Cak Nur. Menarik, cara Cak Nur
mengajar saya. Lazimnya beliau mendengar pertanyaan saya namun tidak langsung
memberikan jawaban. Kemudian pada pertemuan selanjutnya, beliau memberi saya
buku-buku yang berisi jawaban atas pertanyaan saya. Cak Nur mempersilakan saya
mencari sendiri jawaban atas pertanyaan saya. Cak Nur tidak menggurui namun
mengarahkan saya.

Dendam

Misalnya saya pernah bertanya
mengenai suatu jenis perasaan buruk yang disebut sebagai “dendam”.
Maka pada pertemuan selanjutnya, Cak Nur membawa beberapa buku lalu
mempersilakan saya untuk mencari sendiri jawaban pertanyaan saya tentang
“dendam”. Di dalam beberapa buku tersebut, saya menemukan beberapa
kalimat mutiara. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Jadilah engkau
pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta berpalinglah dari
orang-orang yang bodoh”. [al-A’râf/7:199].

Lalu tersurat pula bahwa
“Dan balasan suat kejahatan ialah kejahatan yang serupa. Barangsiapa
memafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allah. Dan Allah tidak
menyukai orang orang yang zalim”. (QS Asy Syura : 40); “Orang yang
paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat
(bertengkar)”. (HR Muslim ); “Pemutus silaturahmi tidak akan masuk
surga”. (Muttafaq Allah); “Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antara kita dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang baik”. (QS Fushshilat: 34);
“Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah dengan amal
shalih”. (HR Tirmidzi); “Dan orang orang yang menahan amarahnya dan
memberi maaf pada orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”.
(QS Ali Imran: 134).

Keluhuran

Mohon dimaafkan apabila dengan
segala kedangkalan daya pikir sebagai insan manusia yang tidak sempurna ini,
saya keliru memetik serta menyimpulkan kata-kata mutiara indah dari buku-buku
pemberian Cak Nur. Berkat arahan Cak Nur, saya tersadar bahwa pada hakikatnya
memaafkan sama sekali bukan merupakan kehinaan dan ketidakberdayaan. Justru
sifat memaafkan merupakan cermin kebesaran jiwa dan kekuatan nurani.

Pada dasarnya ada kesanggupan
manusia untuk melakukan balas dendam. Namun kemampuan untuk tidak melakukan
balas dendam  justru merupakan ungkapan
keluhuran budi pekerti  sebagai landasan
ketenangan, ketentraman, kemuliaan serta keperkasaan yang tidak akan hadir
tatkala manusia melampiaskan api dendam. (***)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments