Kisah Ambo 25 Tahun Memelihara Buaya Riska

Merasa Bukan Pawang, Sudah Punya Ikatan Batin

- Advertisement -

Tak pernah terbesit di pikiran Ambo, ia akan berteman baik dengan makhluk buas bernama buaya layaknya pawang. Hewan predator itu menjadi salah satu yang paling dihindari di perairan, apalagi yang permukaannya tenang.

Jelita Nur Khasanah, Bontang

SEKITAR 1998 silam, sudah satu purnama sejak Ambo menjadi tenaga kerja kontrak. Ia sedang bekerja di tengah perairan, tak jauh dari lokasi pabrik Pupuk Kaltim. Manik matanya tertarik pada sesuatu yang bergerak tenang di perairan. Perlahan, ia melihat buaya itu mendekat. Mereka saling tatap.

Ambo bergegas mengambil ikan dan memberikannya kepada buaya berukuran sekitar satu meter itu. Buaya itu lantas pergi. Ambo masih merasa biasa saja. Ia hanya beranggapan bahwa buaya itu kebetulan lewat untuk mencari makan. “Mungkin lapar,” batinnya.

Namun tak disangka, buaya itu kembali lagi keesokan harinya. Selama tiga bulan, hingga akhirnya Ambo telah menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan itu.

“Kontrak saya kan memang sudah selesai. Enggak berapa lama, saya melihat buaya itu sudah berada di depan rumah saya,” katanya kepada koran ini, Rabu (9/8) lalu.

Seolah mengetahui keberadannya, Ambo mendapati reptil itu datang setelah ia tidak lagi bekerja di tempat sebelumnya. Kegiatan memberikan makan akhirnya menjadi rutinitasnya bersama keluarga. Sampai panjang buaya mencapai dua meter, Ambo akhirnya memutuskan memberinya nama Riska.

Tak ada alasan khusus. Ia hanya mengetahui Riska adalah buaya betina. Keterikatan di antara mereka pun terjalin seiring berjalannya waktu hingga 25 tahun berlalu.  “Saya sempat pergi dari perkampungan 2 tahun. Selama itu, Riska diberi makan oleh warga di sini,” ucap dia.

Saat Ambo kembali dan melihat si Riska, tak ubahnya memberi perasaan bahagia. Ia tak mengira jika buaya Riska masih menanti kepulangannya.  “Enggak nyangka dia masih ingat saya,” sambungnya.

Sejak itu, perasaan sayang Ambo kepada buaya Riska tumbuh semakin besar. Tak jarang pula ia datang ke lahan bakau untuk melihat dan memberi makan Riska. Menyusuri tempat Riska yang lain jika tak ada di tempat biasanya.

Warga sekitar pun merasa senang-senang saja dengan kehadiran Riska. Diakui Ambo, Riska bahkan pernah beberapa kali menolong warga. Buaya lain yang memasuki kawasan rumah Ambo pun dikejar dan diusir oleh Riska. Kendati demikian, Riska tak pernah berenang lebih jauh dari depan rumah Ambo.

“Habis makan, pasti dia langsung pulang. Enggak lurus dan masuk (permukiman) terlalu jauh,” akunya.

Ambo sendiri kurang yakin tentang awal mula dirinya dan Riska terkenal. Tiba-tiba saja ada banyak orang yang ingin melihat buaya Riska. Apalagi setelah ada channel youtube yang ia buat sekitar 2020 lalu. Popularitas Riska langsung melejit.

“Mulai banyak yang tahu. Ada yang dari luar daerah sampai orang asing. Panji dan artis lain juga pernah ke sini untuk lihat Riska. Kalau dihitung ya sudah ratusan,” tutur Ambo.

Akibat kedekatannya dengan buaya Riska, banyak orang yang menganggapnya sebagai pawang buaya. Padahal ia juga tak berani menghadapi buaya lain selain Riska. “Ada yang pernah datang dari Samarinda. Minta tolong menangani buaya, tetapi saya enggak pergi. Saya kan memang bukan pawang,” ujarnya berkelakar.

Meski begitu, akhir-akhir ini kegundahan menggelayuti hatinya. Riska belum kelihatan sejak tiga bulan lalu, tepatnya pada Mei.  “Saya cari ke tempat biasanya di lahan bakau, dia enggak di sana. Sudah ada delapan kali saya cari, belum kelihatan,” sebut dia.

Ambo merasa takdir mempertemukan dirinya dengan buaya yang kini berukuran sekitar 4 meter itu. Selama puluhan tahun menjalin persahabatan pun, Riska tak pernah menyakiti dirinya.

“Seakan tahu setiap saya datang. Waktu saya kasih makan pun, dia baru buka mulutnya setelah saya lepaskan umpan ayamnya,” tandasnya sambil mengisap rokok yang hampir habis. (edw/ind/jpg/hnd)

- Advertisement -
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

HUKUM KRIMINAL

Recent Comments